digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rahayu Nur Madina
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

Pertumbuhan penduduk di Jakarta memiliki peningkatan yang berbanding lurus dengan kebutuhan tempat tinggal masyarakat. Namun hal tersebut tidak diiringi dengan peningkatan ketersediaan lahan kosong untuk pembangunan tempat tinggal konvensional, seperti rumah. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan akan alternatif lain, yaitu pembangunan apartemen di Jakarta. Dengan fungsi yang sama dengan rumah, yaitu sebagai tempat beristirahat, maka penghuni membutuhkan kenyamanan di dalamnya. Akan tetapi, karakteristik bangunan dari apartemen yang berbeda dengan perumahan menimbulkan kebutuhan akan kajian perancangan sistem tata udara yang berbeda pula untuk menjamin kenyamanan penghuni. Agar kenyamanan termal penghuni tercapai, perancangan sistem tata udara ini mencakup estimasi beban pendingin, pemilihan unit tata udara, dan perancangan sistem pendukung. Selain keperluan penghuni sebagai konsumen, kepentingan pihak pengelola dalam segi ekonomi juga diperhitungkan sehingga efisiensi energi dan biaya perlu diperhatikan. Dengan begitu, perhitungan intensitas konsumsi energi (IKE) dan analisis life cycle cost (LCC) termasuk dalam pertimbangan untuk menentuan sistem tata udara yang digunakan. Dalam menentukan sistem tata udara, beberapa kombinasi alternatif sistem tata udara akan dibandingkan satu dengan yang lainnya. Terdapat enam alternatif sistem tata udara yang terdiri dari kombinasi antara tiga jenis sistem split wall dan dua jenis sistem split duct. Dari keenam alternatif sistem tersebut, kombinasi antara sistem split wall inverter dan split duct non-inverter menghasilkan rancangan sistem tata udara yang paling baik, dari segi energi maupun biaya. Berdasarkan hasil perhitungan IKE dan analisis LCC, sistem alternatif ke-3 yang terdiri dari kombinasi split wall inverter pada hunian dan split duct non-inverter pada fasilitas umum ini memiliki nilai IKE sebesar 155,53 kWh/m2 dan total biaya selama 15 tahun sebesar Rp 78.442.800.00,00