digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Gabriella Aphrodita Handoko
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Gabriella Aphrodita Handoko
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Gabriella Aphrodita Handoko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Gabriella Aphrodita Handoko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Gabriella Aphrodita Handoko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Gabriella Aphrodita Handoko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Gabriella Aphrodita Handoko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Gabriella Aphrodita Handoko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia merupakan penghasil singkong terbanyak keempat di dunia. Di Indonesia, singkong seringkali diolah menjadi tepung tapioka untuk meningkatkan nilai tambahnya. Namun, dari proses pengolahan tersebut dihasilkan beragam limbah yang menimbulkan masalah lingkungan, satu diantaranya adalah limbah padat berupa onggok singkong. Pada penelitian ini, onggok singkong dimanfaatkan sebagai bahan substrat bersama dengan serbuk gergaji kayu albasia, pollard, dan tepung tapioka untuk pertumbuhan jamur Ganoderma lucidum dan pembentukan biokomposit. Pertumbuhan jamur diamati pada variasi rasio berat kering onggok singkong terhadap serbuk gergaji kayu sebesar 30:50, 40:40, dan 50:30. Pertumbuhan jamur untuk pembentukan biokomposit dilakukan melalui dua tahap fermentasi. Fermentasi pertama merupakan tahap penambahan inokulum jamur Ganoderma lucidum pada substrat yang bertujuan untuk mewadahi awal proses kolonisasi jamur serta untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi. Tahap fermentasi I ini berlangsung selama 2 minggu. Tahap fermentasi kedua bertujuan untuk melanjutkan kolonisasi dan pertumbuhan jamur pada substrat secara merata sehingga membentuk biokomposit sesuai bentuk yang diinginkan. Pemerataan pertumbuhan jamur dilakukan dengan menghancurkan lalu mengaduk substrat yang telah dikolonisasi oleh jamur pada fermentasi tahap pertama sehingga koloni jamur tersebut menyebar secara merata dan tumbuh secara bersamaan dari setiap titik substrat pada wadah sesuai bentuk yang diinginkan. Jamur akan mendegradasi lignoselulosa yang terkandung dalam substrat sebagai sumber energi untuk pertumbuhan hifa. Hifa akan membentuk miselium berupa jaringan tiga dimensi yang akan mengikat partikel-partikel substrat sehingga terbentuk mycelium based composite. Tahap fermentasi tahap II ini dilakukan pada variasi rentang waktu: 8, 12, dan 16 hari. Untuk evaluasi kualitas biokomposit yang terbentuk, dilakukan analisis fisik dan kimiawi. Perolehan biokomposit tertinggi sebesar 73,23% (g/g substrat kering) dihasilkan dari variasi rasio onggok terhadap serbuk gergaji kayu sebesar 30:50. Kerapatan biokomposit tertinggi (0,295 g/cm3) dan daya absorpsi terbaik (369,66%) dihasilkan dari variasi waktu fermentasi II selama 12 hari dan rasio onggok terhadap serbuk gergaji kayu albasia sebesar 50:30. Biokomposit yang dihasilkan memiliki kadar air sebesar 4,6%-8,53% dan kadar abu sebesar 1,673%-1,963%