digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nadhira Adesta Ramadhanti
PUBLIC Irwan Sofiyan

Kebakaran hutan dan lahan merupakan ancaman serius bagi kawasan konservasi seperti Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) karena dapat menurunkan keanekaragaman hayati dan juga memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi masyrakat di sekitar kawasan. Intensitas kebakaran hutan di kawasan ini disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembukaan lahan dengan metode pembakaran atau secara alami sebagai akibat dari musim kemarau panjang. Kebakaran yang sering terjadi di TNGC membutuhkan penanganan dan pencegahan yang baik. Pencegahan kebakaran dapat dilakukan dengan menyusun peta risiko bencana kebakaran hutan di dalam kawasan taman nasional. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menyusun pemodelan spasial peta risiko kebakaran di TNGC dengan menentukan sebaran dan luas areal terbakar dari bencana kebakaran pada tahun 2019. Metode untuk melakukan pemodelan spasial ini menggunakan piranti lunak Maximum Entropy (Maxent). Data-data yang diperlukan untuk pemodelan ini antara lain adalah peta delineasi areal kebakaran, peta-peta variabel yang berpengaruh terhadap kebakaran seperti peta DEM, peta citra satelit kawasan, peta zonasi, peta jalur pendakian, serta peta objek wisata dan taman wisata alam (ODTWA). Variabel yang digunakan kemudian diseleksi dengan melihat pengaruh tertinggi variabel tersebut terhadap kebakaran dari hasil uji jackknife. Pemilihan model yang memiliki akurasi terbaik dinilai dari kurva ROC (receiver operating characteristics) dan nilai AUC (area under the ROC curve). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa luas total areal yang terbakar sepanjang tahun 2019 adalah 1083,78 Ha, dengan 929,06 Ha terdapat di Kabupaten Majalengka dan 154,72 Ha di Kabupaten Kuningan. Kawasan dengan risiko kebakaran yang sangat rendah seluas 6778,42 Ha; kawasan dengan kategori rendah seluas 2914,38 Ha; kategori sedang seluas 4538,50 Ha; kategori tinggi seluas 295,14 Ha; dan kategori sangat tinggi seluas 320,17 Ha. Kawasan yang rentan terbakar merupakan kawasan dengan tutupan lahan terbuka, sedangkan kawasan dengan risiko rendah merupakan hutan alam. Varibel yang meningkatkan risiko kebakaran di TNGC berdasarkan hasil pengujian Maxent ini adalah tutupan lahan, jarak dari jalur pendakian, dan jarak dari ODTWA dengan nilai akurasi AUC sebesar 0,820 (sangat baik).