ABSTRAK Ivannsa Ramadhia Moussafy
PUBLIC Alice Diniarti
COVER Ivannsa Ramadhia Moussafy
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Ivannsa Ramadhia Moussafy
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Ivannsa Ramadhia Moussafy
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Ivannsa Ramadhia Moussafy
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Ivannsa Ramadhia Moussafy
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Ivannsa Ramadhia Moussafy
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Ivannsa Ramadhia Moussafy
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Studi dinamika pasang surut di perairan Natuna dibutuhkan untuk menunjang
pemanfaatan potensi perikanan. Pasang surut dapat menyebabkan terjadinya pencampuran
vertikal sehingga nutrien untuk kebutuhan hidup biota laut di lapisan dasar dapat terangkat
ke permukaan. Penelitian ini mengkaji karakteristik dinamika pasang surut, mengetahui
lokasi, dan kekuatan pencampuran vertikal akibat pasang surut (tidal mixing) di perairan
Natuna menggunakan model hidrodinamika 3D Regional Ocean Modelling System (ROMS).
Data konstanta harmonik pasang surut astronomis yang digunakan sebagai input simulasi
bersumber dari The Oregon State University TOPEX/Poseidon Global Inverse Solution
Model Version 7.2 (TPXO 7.2). Simulasi dijalankan selama 45 hari (2 Oktober–15
November 2007). Analisis tidal mixing dilakukan berdasarkan ketebalan bottom boundary
layer (BBL) yang dihitung menggunakan root mean square (RMS) kecepatan gesekan dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan Natuna didominasi oleh K1, yaitu
berkisar 40 – 60 cm (Laut Natuna Utara) dan 30 – 70 cm (Laut Natuna). Sementara itu, M2
lebih dominan khusus di daerah Kepulauan Natuna Selatan dan barat laut Kalimantan.
Pasang surut di perairan Natuna menjalar dari Laut Cina Selatan (LCS). Kecepatan arus
pasang surut maksimum yang dirata-ratakan terhadap kedalaman (2D) paling tinggi berada
di daerah Kepulauan Natuna Selatan diakibatkan oleh K1 dengan kecepatan mencapai 65,33
cm/s. K1 menyebabkan terjadinya tidal mixing yang kuat sehingga dapat menyebabkan
pencampuran vertikal massa air yang efektif di daerah Pulau Laut, Pulau Bunguran (pada
sisi barat laut dan tenggara), Pulau Midai, Kepulauan Natuna Selatan, dan Sambas (barat
laut Kalimantan). Ketebalan BBL akibat K1 di perairan tersebut mencapai > 29 m sehingga
dapat BBL melingkupi seluruh kedalaman perairan dan pencampuran vertikal yang
sempurna akibat pasang surut dapat terjadi.