digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nada Mufidah
PUBLIC Irwan Sofiyan

Lumut berperan penting dalam ekosistem hutan hujan tropis terutama perannya sebagai retensi air hujan, habitat serta makanan berbagai jenis hewan. Lumut dapat beradaptasi di berbagai jenis habitat, akan tetapi informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman dan tutupan lumut bervariasi di tiap lokasi dan jenis gangguannya. Gunung Papandayan mengalami erupsi besar pada tahun 2002 yang telah mengubah landscape kawasan ini secara ekstrim. Perubahan pada ekosistem yang disebabkan erupsi tersebut mengakibatkan berjalannya proses suksesi yang ditandai dengan kolonisasi tumbuhan baik itu tumbuhan tinggi maupun lumut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman lumut Gunung Papandayan 18 tahun pascaerupsi dan menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kolonisasi lumut pada gunung tersebut. Sebanyak 141 plot berukuran 20 cm x 20 cm diletakkan secara proporsional pada tingkat gangguan yang berbeda yaitu Hutan Mati (HM) dengan intensitas gangguan tinggi pascaerupsi, Pondok Saladah (PS) sebagai kawasan dengan gangguan sedang, dan Hutan Cisupabeureum (HC) sebagai kawasan yang tidak terkena gangguan. Pada setiap plotnya, tutupan lumut pada tiga substrat yaitu tanah, dasar pohon dan batang pohon dicatat dan dikelompokkan berdasarkan taksonomi dan bentuk hidupnya. Sementara itu, lima variabel lingkungan yaitu normalized difference vegetation index (NDVI), jarak dari kawah, kelembapan udara relatif, suhu udara, dan ketinggian terhadap tutupan lumut diukur untuk setiap plot. Data tutupan lumut dan variabel lingkungan kemudian dianalisis menggunakan linear mixed models (LMM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56 spesies lumut (18 famili dan 6 bentuk hidup) berhasil teridentifikasi dan terdapat di Gunung Papandayan. Pada area dengan gangguan tinggi (HM) dan sedang (PS), lumut daun lebih banyak ditemukan, seperti Barbula sp. (INP = 126,9) dan Dicranodontium nitidum (INP = 90,43). Sementara itu, pada area dengan sedikit gangguan (HC), lumut dengan bentuk fan seperti Homaliodendron flabellatum lebih banyak dijumpai (35.19). Pada area yang terganggu, keanekaragaman dan tutupan lumut menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan area yang tidak terganggu. Hasil tersebut, terutama tutupan lumut, dikuatkan dari hasil pemodelan LMM yang menunjukkan bahwa variabilitas kolonisasi lumut dipengaruhi secara signifikan oleh faktor jarak dari sumber utama gangguan dimana semakin jauh jarak dari kawah maka tutupan lumut semakin tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tahapan suksesi lumut di kawasan yang lebih dekat dengan kawah merupakan tahap awal suksesi ditandai dengan keberadaan lumut colonizer Barbula, sedangkan kawasan yang lebih jauh dari kawah mengalami proses suksesi lumut lebih cepat yang dapat disebabkan oleh bank diaspora yang lebih melimpah.