digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Glenizza Iruka
Terbatas Sandy Nugraha
» ITB

Pantai Wae Rana merupakan salah satu pantai yang memiliki potensi pariwisata yang belum dikembangkan. Pantai ini terletak di pesisir barat Kota Labuan Bajo dengan luas 3,8 hektar dan memiliki akses yang strategis menuju jalan lokal/lingkungan. Pantai ini terletak di kawasan yang masih tergolong asri dan jauh dari permukiman padat penduduk, sehingga fungsi leisure menjadi fungsi yang cocok dikembangkan karena lokasi yang privat, jauh dari kebisingan, serta potensi alam yang besar. Labuan Bajo sebagai salah satu daerah yang digadang menjadi 10 Bali baru Indonesia, sedang mengalami pembangunan pesat dalam bidang infrastruktur, khususnya yang dapat menunjang angka pariwisata. Beach resort yang dirancang berkesinambungan dengan hal ini, menargetkan wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin mencari sarana restoratif, baik individual maupun kelompok. Pendektakan rancangan yang digunakan salah satunya adalah Attention Restoration Theory. Berdasarkan Attention Restoration Theory oleh Kaplan, untuk memberikan efek restoratif, lingkungan alam harus memiliki extent (ruang lingkup yang membuat pengguna tenggelam dalam kenikmatan alam), being away (menyediakan pelarian dari kegiatan sehari-hari), soft fascination (aspek lingkungan yang menangkap perhatian), dan compatibility (keterbukaan dan penghargaan terhadap lingkungan alam). Aspek-aspek ini kemudian diimplemetasikan ke dalam bentuk desain beach resort yang berorientasi keindahan alam pantai dan bentang pulau-pulau di kawasan Pantai Wae Rana. Isu utama yang diangkat dalam perancangan yaitu identitas tempat, dikarenakan proyek ini bertujuan untuk membangun sebuah beach resort yang memiliki karakter yang berbeda dari bangunan lainnya dengan fungsi sejenis. Selain itu, melalui analisis setempat didapati bahwa belum ada bangunan resort di Labuan Bajo dengan skala proyek besar yang mencerminkan arsitektur setempat. Konsep geometri dan tata ruang mengadopsi rumah adat khas manggarai, yaitu rumah adat Mbaru Niang dan diselubungi material lokal berupa bambu, batu, dan ijuk sebagai penutup atap. Fungsi utama yang terdapat pada perancangan beach resort ini diantaranya fungsi front of the house (FOH), relaksasi, rekreasi, f&b, back of the house (BOH), dan fungsi hunian. Hunian berupa villa disajikan dengan 3 tipe, berdasarkan jumlah tamu yang diakomodasi. Adapun luas total terbangun yaitu sebesar 1,4 hektar dengan kapasitas tamu 100 orang. Fasilitas penunjang yang disediakan diantaranya fasilitas hall, bar&restoran, kolam renang outdoor, galeri dan retail, fitness club, spa, dan beach club. Konsep sirkulasi yang dirancang mempertimbangkan kondisi lahan yang berkontur dan desain universal untuk mengakomodasi pengguna difabel. Oleh karena itu, bentuk jalur sirkulasi harus dapat mengakses seluruh massa bangunan secara efisien, aman, dan privat. Selain itu, tersedia juga akses untuk trasnportasi tamu menggunakan buggy car untuk memudahkan mobilitas baik staff maupun tamu.