digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Merry Rinji Astutik
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Merry Rinji Astutik
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Merry Rinji Astutik
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Merry Rinji Astutik
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Merry Rinji Astutik
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Merry Rinji Astutik
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Merry Rinji Astutik
PUBLIC Latifa Noor

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya, sehingga hasil panen juga semakin meningkat. Pada tahun 2019, jumlah kelapa sawit yang dihasilkan mencapai 50 juta ton. Berdasarkan data Direktorat Jendral Perkebunan, 25-26% dari total produksi kelapa sawit merupakan limbah padat yaitu tandan kosong kelapa sawit. Sebanyak 10% dari tandan kosong kelapa sawit telah dimanfaatkan dan sisanya hanya menjadi limbah. Potensi tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku nanoselulosa cukup besar karena kandungan selulosanya yang tinggi, yaitu 42,7-65%. Isolasi selulosa dimulai dengan proses delignifikasi tandan kosong kelapa sawit dengan menggunakan larutan NaOH 17,5% (b/v) pada suhu 90-95 °C selama 3 jam. Selanjutnya dilakukan proses pengelantangan dengan H2O2 10% (b/v) pada suhu 80-90 °C selama 1,5 jam dan dinetralkan dengan aquades. Rendemen selulosa yang dihasilkan sebesar 40,7%. Kemudian selulosa dihidrolisis dengan asam sulfat 25% (v/v) pada suhu 50 °C selama 90 menit. Hasil hidrolisis selulosa pada keadaan optimum dianalisis dengan PSA dan FTIR. Ukuran diameter rata-rata nanoselulosa sebesar 849,7 nm dengan indeks polidispersitas 1,1. Analisis FTIR menunjukkan tidak adanya perubahan gugus fungsi selulosa setelah dihidrolisis asam menjadi nanoselulosa. Hal ini menunjukkan hidrolisis asam terhadap selulosa tidak mengubah struktur dari selulosa tetapi hanya mengubah ukuran partikel dari selulosa.