COVER Ivan Marthin Mangalinang
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Ivan Marthin Mangalinang
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Ivan Marthin Mangalinang
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Ivan Marthin Mangalinang
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Ivan Marthin Mangalinang
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Ivan Marthin Mangalinang
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Ivan Marthin Mangalinang
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Nikel merupakan salah satu logam yang paling banyak digunakan pada berbagai
aplikasi. Indonesia mempunyai cadangan nikel laterit berkadar rendah (limonit) yang
belum banyak diolah. Salah satu teknik pengolahan bijih nikel laterit berkadar rendah
yang sudah diterapkan di industri adalah High Pressure Acid Leaching (HPAL) dalam
larutan asam sulfat. Proses HPAL memberikan perolehan nikel dan kobalt yang tinggi
dan menghasilkan larutan hasil pelindian yang konsentrasi besinya relatif rendah akibat
dari reaksi pengendapan ion besi menjadi hematit pada temperatur tinggi. Pelindian
pada temperatur dan tekanan tinggi bijih nikel laterit di Indonesia belum banyak
dilakukan. Dalam penelitian ini dipelajari perilaku pelindian bijih limonit dari daerah
Mandiodo, Sulawesi tenggara pada temperatur dan tekanan tinggi dalam sebuah
autoclave dengan volume reaktor 500 mL.
Sampel bijih nikel laterit dari Mandiodo, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi
Tenggara yang diterima dari PT Antam dilakukan preparasi terlebih dahulu. Preparasi
yang dilakukan meliputi pengeringan, sampling, kominusi, dan pengayakan. Sampel
bijih diidentifikasi komposisi mineral dominannya dengan X-Ray Diffraction (XRD)
dan komposisi kimianya dengan X-Ray Fluorescence (XRF). Sampel yang digunakan
dalam percobaan mempunyai fraksi ukuran -65+100# (149-208 µm). Pengukuran
konsentrasi nikel, besi, dan magnesium terlarut dilakukan menggunakan Atomic
Absorption Spectroscopy (AAS) untuk menentukan persen ekstraksi ketiga logam
tersebut. Residu pelindian yang telah dipisahkan dari larutannya kemudian dikeringkan
di dalam oven selama 24 jam dan dianalisis komposisi mineralnya menggunakan XRD.
Variabel yang divariasikan dalam percobaan pelindian adalah temperatur pelindian,
konsentrasi asam sulfat, persen padatan, dan waktu pelindian.
Hasil percobaan menunjukkan peningkatan temperatur pelindian dan konsentrasi asam
sulfat meningkatkan persen ekstraksi nikel sementara peningkatan persen padatan bijih
menurunkan persen ekstraksi nikel. Peningkatan persen ekstraksi Ni juga diikuti oleh
penurunan persen ekstraksi Fe. Kondisi terbaik diperoleh pada temperatur pelindian
180oC, konsentrasi asam sulfat 2M, persen padatan 5%, dan waktu pelindian 4 jam
yang menghasilkan persen ekstraksi Ni sebesar 88,47%. Hasil analisis XRD residu
hasil pelindian menunjukkan senyawa dominan dalam residu pelindian adalah goethite
(FeOOH) dan hematit (Fe2O3).