digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Andina Syafrina
PUBLIC Sandy Nugraha

Pertambahan luas area terbangun di Kota Pontianak berpengaruh pada perubahan lingkungan termal yang dapat mempengaruhi kenyamanan termal manusia yang tinggal di Kota Pontianak. Agar lingkungan termal menjadi nyaman maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan termal. Badan air merupakan salah satu potensi softscape pada lingkungan perkotaan yang dapat mempengaruhi lingkungan termal. Badan air di Kota Pontianak merupakan anak sungai dan terletak menyebar diseluruh kota. Badan air memiliki massa termal yang besar, sehingga mempunyai potensi mendinginkan dan menghangatakan kawasan sehingga perlu dikelola. Hingga saat ini pengaruh badan air di Kota Pontianak terhadap lingkungan termal belum diteliti lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun prinsip perancangan kawasan untuk mencapai kenyamanan termal ruang luar melalui potensi badan air. Prinsip perancangan kawasan dalam ranah ilmu lingkungan termal dilakukan dengan pendekatan urban geometri. Metode penelitian secara umum menggunakan pendekatan kuantitatif-kuasi eksperimental yang dilakukan dengan metodologi model pengujian simulasi ENVI-met dan Rayman, uji statistik, serta analisis deskriptif kuantitatif untuk mengklasifikasikan jenis wilayah penelitian berdasarkan urban geometry dan local climate zone, mengetahui standar kenyamanan termal ruang luar di Kota Pontianak menganalisis pengaruh badan air terhadap lingkungan termal, menganalisis komponen termal yang paling berpengaruh di wilayah badan air dan hubungan komponen fisik dengan kondisi termal, serta menyusun prinsip perancangan pendinginan evaporasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai PET ruang luar di Kota Pontianak memiliki rentang toleransi cukup besar sebesar 23-43°C. Kondisi ini menunjukkan rentang toleransi adaptasi yang lebih tinggi dari negara beriklim moderat dan sub tropis. Area badan air dengan tipe open lowrise memiliki temperatur lebih rendah 1-3°C dari area tanpa badan air dan area compact lowrise. Badan air secara parsial memiliki potensi menghangatkan kawasan, sehingga pengendalian termal melalui potensi badan air perlu dilakukan secara simultan dengan komponen fisik geometri kota lainnya. Perancangan badan air yang tersebar dan bergerak lebih direkomendasikan dalam pendinginan evaporasi. Kecepatan angin memiliki peran penting dalam proses pendinginan, karena ketidaknyamanan termal bukan hanya berasal dari temperatur udara yang tinggi, namun juga dari kelembaban tinggi yang berasal dari badan air.