digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kebutuhan sarana restorasi di area kota semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh tingkat stres penduduk kota yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk di pedesaan. Banyaknya pemicu stres di area kota seperti tuntutan pekerjaan, penghasilan, dan sebagainya menjadikan kota sebagai tempat stres yang lebih tinggi. Akan tetapi, sarana restorasi di area kota beragam, dapat berupa kafe, pusat perbelanjaan, area terbuka, taman, hutan kota, dan sebagainya. Beragamnya sarana restorasi tersebut menunjukkan pentingnya kebutuhan restorasi. Di antara banyaknya sarana, taman adalah sarana restorasi terbaik di kota karena taman memiliki komponen restoratif yang dapat meredakan tingkat stres pengunjung. Selain itu, taman juga menyediakan beragam fasilitas yang dapat menunjang berbagai jenis kegiatan. Akan tetapi, tidak semua lingkungan alami baik berupa taman ataupun hutan kota dapat menunjang restorasi. Area lingkungan alami yang terlalu rindang, tidak terawat, dan gelap dapat membuat seseorang merasa terancam ketika berada di dalamnya. Sementara itu, jumlah elemen lanskap yang banyak seharusnya dapat meningkatkan efek restoratif pengunjung dan tidak menurunkannya. Rasa aman dan efek restoratif memiliki hubungan yang saling mendukung karena apabila seseorang merasa aman di lingkungan alami seharusnya ia tidak cemas dengan keadaan di sekitarnya sehingga efek restoratif yang diterimanya akan maksimal. Namun, beberapa penelitian menunjukkan keduanya tidak memiliki hubungan, rasa aman sebagai faktor mediasi antara ketertutupan dan restorasi, dan penelitian lain yang tidak mengungkapkan hubungan antara keduanya. Hubungan yang kompleks antara ketiga faktor tersebut perlu didalami dan dipelajari lebih lanjut. Penelitian ini akan mengungkap bagaimana tingkat ketertutupan optimal yang dibutuhkan oleh pengunjung taman berdasarkan faktor rasa aman dan restorasi. Selain itu, faktor dominan dari restorasi yang mendukung optimalisasi ketertutupan akan diungkap dalam penelitian ini. Penelitian ini mengajukan hipotesis awal yaitu tingkat kepadatan sedang, posisi pohon jauh, dan skala pohon sedang akan memberikan rasa aman dan efek restorasi secara maksimal; dan extent adalah faktor restorasi yang paling dominan yang dibentuk dan dirasakan pengunjung. Pengumpulan data awal dilakukan dengan menyeleksi taman-taman di Kota Bandung berdasarkan kriteria tingkat ketertutupan sedang dan elemen-elemen lanskap. Setelah itu, observasi awal dilakukan di taman terpilih untuk memperkirakan titik-titik foto yang akan digunakan. Hasil awal berupa tiga taman terpilih dengan dua titik foto di setiap taman. Taman tersbeut adalah Taman Maluku, Taman Lalu Lintas, dan Taman Cilaki. Setelah itu, foto-foto dasar terpilih direkayasa sesuai dengan pohon habitat aslinya dengan kelompok stratum C. Stratum C dipilih karena kelompok pohon ini yang dapat diintervensi berdasarkan skala atau tinggi pohon. Pohon tersebut kemudian diintervensi dengan faktor tingkat kepadatan (densitas) (dua ketegori: sedang dan tinggi), posisi (dua kategori: jauh dan dekat), dan skala (tiga kategori: rendah, sedang, dan tinggi). Intervensi pohon ini memunculkan adanya 12 kombinasi foto untuk setiap titik taman (setiap taman akan memiliki 24 kombinasi foto) yang berbeda-beda. Foto-foto yang telah direkayasa dinilai oleh responden (pengunjung taman) dengan beberapa pertanyaan terkait rasa aman dan efek restoratif. Setiap kuesioner memerlukan waktu 10-15 menit untuk pengumpulan data. Data-data yang telah terkumpul (N=272) akan diolah dengan analisis ANOVA, korelasi, dan distribusi. Hasil menunjukkan bahwa kombinasi ketertutupan pohon yang dapat menunjang rasa aman dan restorasi ada dua kriteria, yaitu kriteria utama dengan tinggi, jauh, sedang/tinggi (kepadatan tinggi, posisi jauh, dan skala sedang/tinggi) dan kriteria kedua dengan sedang, dekat, tinggi (kepadatan sedang, posisi dekat, dan skala tinggi). Kedua kriteria ini muncul berdasarkan gabungan dari kombinasi keamanan dan restorasi tertitinggi. Berdasarkan kriteria tersebut, being away adalah faktor restorasi yang berperan besar dalam keamanan dan restorasi di taman-taman kota. Sementara itu, extent adalah faktor yang dinilai paling rendah berdasarkan ketiga kombinasi tersebut. Rendahnya penilaian terhadap extent mungkin disebabkan oleh perbedaan konteks pertanyaan dengan lingkungan. Selain itu, penelitian ini juga mendukung pernyataan bahwa keamanan di lingkungan alami adalah hal utama yang harus dilakukan untuk mencapai restorasi. Walau restorasi yang dicapai tidak maksimal, akan tetapi lingkungan yang aman dapat mendukung restorasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan di taman-taman kota untuk mengoptimalisasi keamanan dan restorasi taman. Selain itu, hasil penelitian juga mengungkap bahwa hanya kombinasi tersebut yang dinilai memiliki ketertutupan optimal sehingga prospect di taman kota seharusnya dapat dilakukan untuk restorasi optimal.