Batas-batas yang dimanifestasikan dalam diri seseorang dapat menjadi perangkap
emosional selama bertahun-tahun alih-alih menjadi ruang aman satu pribadi.
Tumbuh dalam lingkungan yang terus berubah menyebabkan pergeseran cara dia
memandang batas-batas pribadi yang menciptakan ketegangan yang
melumpuhkan di dalamnya. Melalui penggunaan menggambar sebagai medium,
penulis bertujuan untuk menyampaikan bagaimana ia memahami batas-batas
pribadi yang diciptakan di bawah bayang-bayang emosi yang tertekan.
Sempadan: Titik Keruh Meredam Runtuh adalah sebuah karya tentang proses
‘meruntuhkan’ batas-batas emosional dengan memproyeksikan emosi yang
selama ini ditekan dalam diri melalui dua fase; mengenali dan menghadapi batas.
Proses mengenali batas memfokuskan diri pada pemasangan ubin sebagai salah
satu objek yang merepresentasikan bagian kecil dari rumah - tempat di mana batas
sering dibangun oleh proses asimilasi oleh keluarga. Proses menghadapi batas
diwakili oleh penggunaan tinta disapukan dan tindakan merusak ubin sebagai
proses mark-making untuk mengekspresikan emosi dalam diri. Karya ini disajikan
dalam bentuk 7 dinding ubin yang rusak.
Penulis berharap bahwa karya ini dapat menjadi cara bagi audiens untuk
merangkul kesedihan, ketakutan yang meledak, dan perlawanan yang muncul
ketika batas-batas diri yang mengintimidasi saling berbenturan satu sama lain
sebagai pengingat kemampuan kita untuk menahan dan menciptakan ruang aman
dalam diri.