PT. Dirgantara Indonesia (PTDI) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang begerak dibidang industri dirgantara. Dengan visi untuk memimpin pasar
pesawat terbang turboprop kelas menengah & ringan dan menjadi referensi
standard perusahaan dirgantara di kawasan Asia Pasific dengan mengoptimalkan
kompetensi komersial dan industrial. Untuk mencapai visi tersebut, diperlukan
peningkatan kapasitas dan efisiensi proses produksi, salah satu langkah yang
dilakukan adalah dengan menerapkan Lean manufacturing, yang selanjutnya
disebut lean.
Dalam membangun strategi lean di PTDI yang memiliki sistem produksi yang
bervariasi dari mulai job shop dan batch shop di area Detail Part Manufacturing
(DM), job shop dan flow shop di area Component & Assembly (CA), dan flow shop
di area Final Assembly Line (FD), diperlukan metode asesmen lean yang mampu
mengukur implementasi lean practice pada multi-plant. Penelitian ini melakukan
pengembangan model asesmen lean dalam konteks industri dirgantara dengan
fokus penerapan lean practices pada area manufaktur, dan mengeliminasi lean
enabler.
Model dasar lean practices dibangun dari model sembilan determinan Karlsson &
Åhlström (1996) dan model 22 manufacturing practices Shah & Ward (2003).
Kemudian dilakukan identifikasi dan eliminasi lean enabler berbasis Oehmen
(2012). Setelah dilakukan validasi terhadap kesesuai dengan sistem produksi PTDI,
dihasilkan 7 variabel sebagai instrumen asesmen.
Variabel teruji valid dan reliable dalam mengevaluasi penerapan lean dalam
industri dirgantara. Model asesmen yang dikembangkan telah mampu
mengidentifikasi tingkat penerapan lean di PTDI, yang memiliki plant dengan
karakteristik sistem produksi yang bervariasi. Dengan memperhatikan degree of
adaptation (DoA) dari masing-masing lean practice terhadap degree of leanness
(DoL), teridentifikasi dua lean practices dengan nilai DoA berada di bawah DoL.