digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Hasfarm Dian Purba
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Hasfarm Dian Purba
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Hasfarm Dian Purba
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Hasfarm Dian Purba
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Hasfarm Dian Purba
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Hasfarm Dian Purba
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Hasfarm Dian Purba
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Hasfarm Dian Purba
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Hasfarm Dian Purba
PUBLIC Alice Diniarti

Air merupakan kebutuhan dasar hidup sehingga air dan sumber-sumbernya dipergunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Dalam RPJM Nasional 2020-2024, penyediaan air minum yang layak dan aman menjadi salah satu proritas pembangunan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi dan peningkatan pelayanan dasar. Akan tetapi dalam kurun waktu 2014-2019, penyediaan air minum masih belum optimal dimana cakupan akses layak air minum saat ini baru mencapai 72,04% yang terdiri dari jaringan perpipaan sebesar 18,27% dan bukan jaringan perpipaan sebesar 53,77% (Kementerian PUPR, 2019). Selain itu, pemanfaatan air tanah sebagai penyediaan sumber air bagi masyarakat masih cukup besar yaitu 46%. Berdasarkan laporan kinerja PDAM yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR Tahun 2018, cakupan pelayanan air minum di Jakarta sebesar 62,22%, Bogor sebesar 88,73%, Depok sebesar 16,39%, Tangerang sebesar 15,56%, dan Bekasi sebesar 22,89%. Pemanfaatan air tanah dangkal sebagai sumber air harus memperhatikan kondisi kualitas air. Hal ini dikarenakan kualitas air tanah dangkal menjadi salah satu pertimbangan utama dalam penyelenggaraan investasi air minum. Penelitian ini bermaksud untuk memetakan kualitas air tanah dangkal dalam mendukung investasi penyediaan air minum pada wilayah studi kawasan metropolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Metode yang digunakan mencakup identifikasi karakteristik wilayah studi, analisis status kualitas air tanah dangkal, analisis spasial lingkungan, dan analisis skenario investasi penyediaan air minum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jabodetabek memiliki empat skenario investasi penyediaan air minum. Masing-masing skenario terdiri dari beberapa strategi yang fokus pada tiga kebijakan utama yaitu kebijakan pengembangan, kebijakan pendanaan, dan kebijakan tata kelola kelembagaan