Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), terletak pada Kawasan
tektonik aktif, di sekitarnya banyak terdapat sumber-sumber gempa yang berpotensi
menggoncang, diantaranya zona Back Arc Thrust di wilayah utara, megathrust di
selatan, dan sistem sesar geser di sisi barat dan timur nya sehingga Pulau
Lombok memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi. Sebagian gempa
tersebut bersifat merusak seperti gempa yang terjadi pada tanggal 29 Juli 2018
(6.4 Mw), 5 Agustus 2018 (7 Mw), 9 Agustus (6,2 Mw) dan 19 Agustus 2018 (6.9 Mw) di
Lombok. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi terkait besarnya pergeseran
atau perubahan permukaan bumi yang terjadi akibat rangkaian gempa Lombok dengan
memanfaatkan teknologi DInSAR (Differential Interferometry Synthetic Aperture Radar) dari
6 buah citra satelit Sentinel-1 bulan Juli 2018, dan Agustus 2018 serta DEM SRTM 30 meter.
Hasil observasi InSAR menunjukkan bahwa umumnya perubahan permukaan yang terjadi
akibat rangkaian gempa Lombok adalah kenaikan (uplift) di daerah pesisir utara dengan
kumulatif mencapai sekitar 40 cm, tetapi juga terdapat penurunan (subsidence) yang terdeteksi
di pantai timur dan barat sekitar 3 cm