Sektor industri dan rumah sakit yang selama ini masih dianggap sebagai sumber
utama penghasil B3, tetapi kenyataannya aktifitas rumah tangga juga menjadi salah satu sumber penghasil sampah B3. Masih ada produk sampah B3 rumah
tangga yag ditemukan di Tempat Penampungan Sampah (TPS) antara lain batu baterai bekas, botol bekas obat-obatan, jarum suntik, kaleng bekas cat, lem, semir sepatu, tiner, insektisida, dan lampu. Sampah ini didefinisikan sebagai sampah B3 rumah tangga. Dampak dari pengelolaan sampah B3 rumah tangga yang tidak
benar adalah gangguan terhadap kesehatan manusia seperti mutasi gen, kanker,
kelainan janin dan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu,
sampah B3 rumah tangga harus dikelola secara benar. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui besaran timbulan dan jenis sampah B3 rumah tangga yang dihasilkan di Kota Semarang, serta menentukan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku masyarakat dalam memperlakukan sampah B3 rumah tangga
sehingga dapat ditemukan model yang tepat untuk sistem pengelolaan sampah
tersebut. Metode pengambilan sampel sampah menggunakan acuan SNI 19-3964-
1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan Sampah
Perkotaan. Ditemukan timbulan sampah B3 rumah tangga terhadap sampah umum perkotaan adalah 0,67% dalam persentase berat, dan 1,16% dalam persentase
volume. Hasil analisis SWOT menghasilkan 5 strategi pengelolaan sampah B3 rumah tangga di Kota Semarang, yaitu (1) penyediaan sarana dan prasarana, (2)
penyediaan sumber daya manusia, (3) penyediaan anggaran, (4) penyediaan
teknologi, serta (5) penyediaan aturan mengenai sampah B3 rumah tangga.
Ditemukan juga faktor-faktor yang berpengaruh dalam partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah B3 rumah tangga antara lain pengetahuan, letak
geografis, jenis kelamin, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, dan status dalam rumah tangga.