digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Maryam Karimah Baroroh
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Maryam Karimah Baroroh
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Maryam Karimah Baroroh
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Maryam Karimah Baroroh
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Maryam Karimah Baroroh
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 4 Maryam Karimah Baroroh
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 5 Maryam Karimah Baroroh
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

PUSTAKA Maryam Karimah Baroroh
PUBLIC Alice Diniarti

Dalam produksi biohidrokarbon melalui dekarboksilasi sabun basa logam, dihasilkan residu berupa karbonat logam. Namun, dalam pembutan sabun basa logam dibutuhkan oksida logam yang berlebih. Sehingga, penting untuk dilakukan regenerasi residu karbonat logam menjadi oksida logam agar dapat menghemat biaya bahan baku dalam produksi biohidrokarbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi operasi proses kalsinasi karbonat logam residu dekarboksilasi dan menentukan reaktivitas hasil kalsinasi residu karbonat logam dalam penyabunan. Sabun basa logam dianalisis melalui uji angka asam untuk menguji reaktivitas oksida logam hasil regenerasi karbonat logam residu. Digunakan magnesium oksida dan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dalam proses penyabunan. Parameter yang mempengaruhi proses kalsinasi diantaranya adalah waktu dan ukuran karbonat logam. Proses kalsinasi dilakukan pada temperatur 500oC selama 3 dan 5 jam dengan ukuran 80-100 mesh, 100-120 mesh, 120-150 mesh. Hasil terbaik dari kalsinasi residu magnesium karbonat adalah variasi 3 jam dengan ukuran 80-100 mesh dengan perolehan magnesium oksida sebesar 43,25% dan sabun basa logam paling baik dihasilkan dari magnesium oksida hasil variasi 5 jam ukuran 80-100 mesh dengan angka asam sebesar 28,79 mgKOH/g. Setelah melalui proses regenerasi, magnesium oksida yang dapat digunakan kembali untuk pembuatan sabun basa logam adalah sebesar 98,15%-berat. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses regenerasi karbonat logam menjadi oksida logam dapat mengurangi biaya bahan baku pembuatan sabun basa logam dan mengurangi harga jual biohidrokarbon agar dapat bersaing dengan bahan bakar fosil.