digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mario Hartanto Tanda Reja
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Mario Hartanto Tanda Reja
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Mario Hartanto Tanda Reja
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Mario Hartanto Tanda Reja
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Mario Hartanto Tanda Reja
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Mario Hartanto Tanda Reja
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Mario Hartanto Tanda Reja
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Mario Hartanto Tanda Reja
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Industri pertambangan merupakan industri yang kompleks dengan karakteristik modal besar dan waktu pengembalian modal yang lama. Perusahaan pertambangan memiliki banyak risiko yang dapat dianalisis secara finansial. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis risiko kebangkrutan demi menentukan metode analisis kebangkrutan yang paling baik digunakan dalam industri pertambangan. Penelitian ini memprediksi kebangkrutan dengan cara melakukan analisis rasio dengan menggunakan metode skoring. Metode skoring yang digunakan pada penelitian ini adalah Altman Z-Score (1968), Altman Zā€-Score (2000), dan Anghel Z-Score (2002). Perhitungan dilakukan pada 6 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan perincian 2 perusahaan bangkrut dan 4 perusahaan dalam keadaan tidak bangkrut. Diambil 3-4 tahun laporan keuangan dari setiap perusahaan. Jumlah data yang digunakan sebanyak 19 data terdiri dari 12 data tidak bangkrut dan 7 data bangkrut. Metode Altman Z-Score (1968) menghasilkan prediksi 6 aman, 3 abu ā€“ abu, dan 10 bangkrut. Dengan akurasi sebesar 68% dibandingkan dengan keadaan aktual. Metode Altman Zā€-Score (2000) menghasilkan prediksi 6 aman, 5 abu ā€“ abu, dan 8 bangkrut. Dengan akurasi sebesar 68% dibandingkan dengan keadaan aktual. Metode Anghel Z-Score (2002) menghasilkan prediksi 13 aman dan 6 bangkrut. Dengan akurasi sebesar 95% dibandingkan dengan keadaan aktual. Berdasarkan akurasi yang didapat maka dikatakan metode Anghel adalah metode yang paling baik digunakan untuk melakukan analisis risiko kebangkrutan pada industri pertambangan.