digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhamad Rifki Fauzi
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Muhamad Rifki Fauzi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Muhamad Rifki Fauzi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhamad Rifki Fauzi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhamad Rifki Fauzi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhamad Rifki Fauzi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muhamad Rifki Fauzi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Muhamad Rifki Fauzi
PUBLIC Alice Diniarti

Limbah buah dan ampas kelapa merupakan sampah organik yang dapat dimanfaatkan karena terdapat nutrisi dari materi organik yang terkandung didalamnya. Berbagai pemanfaatan limbah buah dan ampas kelapa telah banyak dilakukan namun membutuhkan keahlian khusus dan biaya yang cukup mahal. Salah satu cara pemanfaatan kedua limbah organik tersebut dengan metoda yang mudah diterapkan dan biaya yang lebih murah adalah dengan memanfaatkan agen biologis yang dapat mengakumulasikan atau merubah kandungan organik tersebut menjadi simpanan senyawa makromolekul di dalam tubuh mereka, seperti larva lalat tentara hitam (Hermetia illucens). Proses metabolisme pada larva ini merupakan proses aerob dan akumulasi dari limbah organik akan meningkatkan ketebalan substrat yang dapat mempengaruhi suplai oksigen pada larva yang hidup di dalam substrat. Penelitian ini yang bertujuan untuk menentukan pertumbuhan larva BSF dan kemampuan konversi dan reduksi oleh larva BSF yang dikultivasi menggunakan limbah buah dan ampas kelapa berdasarkan ketebalan susbtrat. Kultivasi larva BSF ini dilakukan pada wadah plastik berukuran 17 cm x 11.5 cm, 24.5 cm x 17.5 cm, dan 27.5 cm x 20.5 cm, untuk memberikan berat awal substrat yang sama bagi seluruh kelompok perlakuan. Pada penelitian ini dihasilkan aplikasi substrat, baik limbah buah dan ampas kelapa, dengan ketebalan 4 cm menghasilkan laju pertumbuhan larva dan efisiensi konversi biomasa lebih tinggi, sedangkan daya reduksi substrat tertinggi terjadi pada larva yang dikultivasi pada substrat dengan ketebalan 1 cm.