digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Raisa Ganeswara
PUBLIC yana mulyana

COVER Raisa Ganeswara
PUBLIC yana mulyana

BAB 1 Raisa Ganeswara
PUBLIC yana mulyana

BAB 2 Raisa Ganeswara
PUBLIC yana mulyana

BAB 3 Raisa Ganeswara
PUBLIC yana mulyana

BAB 4 Raisa Ganeswara
PUBLIC yana mulyana

BAB 5 Raisa Ganeswara
PUBLIC yana mulyana

PUSTAKA Raisa Ganeswara
PUBLIC yana mulyana

Latar Belakang: Pentingnya pengukuran fisiologi sebagai dasar acuan untuk menentukan bibit-bibit atlet olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan membandingkan antara karakteristik fisiologi finswimmer dan komunitas selam dalam melakukan performa apnea dan dynamic apnea. 6 atlet laki-laki PELATDA selam Jawa Barat dan 6 orang laki-laki dari Komunitas Selam Apnea Culture ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode: Kedua grup melakukan uji laboratorium dan uji nomor perlombaan. Dalam uji laboratorium dilakukan pengukuran antropometri, pengukuran kapasital vital paru (FVC), pengukuran kadar asam laktat dalam darah, pengukuran VO2max dan pengukuran denyut jantung, sedangkan dalam uji nomor perlombaan dilakukan pengukuran kadar asam laktat dalam darah dan 2 nomor perlombaan yaitu nomor apnea dan dynamic apnea. Hasil: Temuan dalam studi ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada pengukuran antropometri antara kedua grup, usia (p=0,734), tinggi badan (p=0,860), berat badan (p=0,250), lemak tubuh (p=0,327), dan BMI (p=0,658). Sama seperti karakteristik antropometri, dibuktikan dengan uji ANOVA pengukuran VO2max dengan nilai p-value sebesar 0,641 dan pada pengukuran FVC dengan nilai p-value sebesar 0,292 ANOVA mengungkapkan tidak adanya signifikan antara kedua grup. Terdapat perbedaan signifikan antara finswimmer dan komunitas selam, dimana finswimmer lebih cepat pada nomor apnea dibandingkan komunitas selam (p=0,007). Sedangkan pada disiplin dynamic apnea grup komunitas selam lebih unggul dibandingkan dengan finswimmer (p=0,047). Kesimpulan: Karakteristik fisiologi finswimmer dan komunitas selam memang sama namun untuk mendapatkan performa yang maksimal dalam setiap masing-masing kategori (apnea dan dynamic apnea) pelatih tidak dapat mengambil teknik crossover dalam menentukan atlet yang turun pada kedua nomor tersebut. Hal ini dikarenakan dibutuhkannya latihan yang sesuai dan berkesinambungan untuk menciptakan atlet yang berprestasi setiap nomor perlombaan.