digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gunung api Tambora dikenal sebagai gunung api yang memiliki letusan dahsyat di dunia pada tahun 1815 dengan jumlah material yang dikeluarkan lebih dari 50 km3. Material tersebut mengandung mineral berharga dan bernilai ekonomis yang terdeposit dipesisir pantai kawasan tersebut sebagai pasir besi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasir besi yang ada di kawasan gunung api Tambora menggunakan metode pengukuran distribusi ukuran butir, suseptibilitas magnetik serta metode geokimia yang terdiri dari XRD, XRF dan ICP-OES. Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi yang ada dikawasan tersebut yaitu Nanga Miro, Baringin Jaya dan Hodo. Daerah Nanga miro dan Baringin jaya merupakan zona endapan piroklastik jatuhan erupsi 1815 dan erupsi sebelumnya sedangkan daerah Hodo merupakan endapan batuan yang berumur lebih tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi ukuran butir pasir besi daerah Nanga Miro dan Baringin Jaya MS dan FS sedangkan pada daerah Hodo dominan CS dan FS. Daerah Nanga Miro dan Baringin Jaya memiliki nilai suseptibilitas magnetik tinggi sedangkan Hodo memiliki nilai susetibilitas magnetik rendah.Rentang nilai Baringin Jaya ((1148,87±59,75) - (25187,97±68,62)) x 10-8m3kg-1. Sedangkan daerah nilai Nanga Miro ((1970,80 ± 78,34) – (4766,00±923,27) x 10-8m3kg-1 .Adapun rentang nilai Hodo((1054,33±28,29) ? (1419,57±8,33)) x 10-8m3kg-1.Adanya variasi nilai juga dipengaruhi oleh kandungan mineral magnetiknya. Hasil uji geokimia XRF dan XRD menunjukkan bahwa pada daerah Baringin Jaya dan Nanga Miro memiliki konsentrasi besi (Fe) yang tinggi serta mengandung mineral magnetite dan hematite. Selain itu, unsur-unsur yang tergolong REE, seperti Ce, Gd, Pr dan Sc memiliki konsentrasi yang lebih tinggi pada pasir besi yang berada di zona piroklastik jatuhan. Kombinasi metode-metode tersebut dapat menunjukkan perbedaan karakteristik pasir besi yang ada dikawasan gunung api Tambora.