ABSTRAK Oktavian Jason Yut
PUBLIC Alice Diniarti COVER Oktavian Jason Yut
PUBLIC Alice Diniarti
BAB 1 Oktavian Jason Yut
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Oktavian Jason Yut
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Oktavian Jason Yut
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Oktavian Jason Yut
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Oktavian Jason Yut
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Oktavian Jason Yut
PUBLIC Alice Diniarti
Keselamatan dalam dunia penerbangan merupakan hal yang penting dan harus terus
ditingkatkan seiring dengan perkembangan industri penerbangan. Hard landing
merupakan salah satu insiden keselamatan yang paling sering terjadi dalam dunia
penerbangan. Hard landing adalah kondisi ketika pesawat mendarat dengan
percepatan vertikal (vertical acceleration) lebih dari 2 g. Kejadian ini dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada penumpang (insiden) dan kerusakan pada
pesawat (kecelakaan). Dalam penelitian ini ditetapkan nilai parameter percepatan
vertikal (vertical acceleration) sebesar 1,6 g sebagai penentu terjadinya hard
landing. Penelitian ini menggunakan data penerbangan dari Flight Operational
Quality Assurance salah satu maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia.
Bahasan utama tugas akhir ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap kejadian hard landing dengan mencari parameter yang
berhubungan dengan kenaikan percepatan vertikal. Penelitian ini juga bertujuan
untuk memberikan rekomendasi kepada maskapai penerbangan dalam mengurangi
kecenderungan kejadian hard landing. Korelasi koefisien Pearson digunakan untuk
mencari hubungan antara berbagai parameter dengan percepatan vertikal dan
menentukan parameter yang signifikan terhadap kenaikan percepatan vertikal. Dari
251 penerbangan yang dianalisis, 44 penerbangan terindikasi mengalami hard
landing. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan penerbangan yang
terindikasi hard landing dengan penerbangan normal. Berdasarkan hasil evaluasi,
didapatkan bahwa kecepatan angin, true airspeed, kecepatan vertikal (rate of
descent), daya mesin pesawat, sudut pitch, sudut elevator, posisi control coloumn,
penggunaan flaps, dan waktu flare merupakan faktor yang berkontribusi dalam
kejadian hard landing. Penerbangan yang terindikasi hard landing memiliki
kecepatan dan gaya dorong mesin yang lebih besar dibandingkan dengan
penerbangan normal pada kondisi pesawat menyentuh permukaan landasan pacu.
Rata- rata waktu flare pada penerbangan hard landing lebih cepat dua detik
daripada penerbangan normal. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk
mengurangi kecelakaan hard landing di masa depan.