digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Rezzal Andryan R A
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Rezzal Andryan R A
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Rezzal Andryan R A
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Rezzal Andryan R A
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Rezzal Andryan R A
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Rezzal Andryan R A
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Rezzal Andryan R A
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Rezzal Andryan R A
PUBLIC Alice Diniarti

Pengukuran objek pada bidang astronomi berbasis metode optik tidak lepas dari pengaruh turbulensi atmosfer. Terutama bila pengukuran berbasis optik digunakan pada objek astronomi lanjut (advance astronomy) maka turbulensi atmosfer menjadi gangguan dalam proses pengukurannya. Perangkat Adaptive Optics (AO) hadir menjadi solusi pengukuran dalam mengurangi efek turbulensi atmosfer. Walapun begitu, kinerja AO dipengaruhi oleh kondisi langit. Salah satu parameter kondisi langit adalah parameter fried (????0). Secara umum, metode yang digunakan untuk mencari nilai parameter fried diantaranya Differential Image Motion Monitor (DIMM), Multi-Aperture Scintillation Sensor (MASS) dan jejak bintang (star trail). Pada penelitian ini, metode DIMM digunakan untuk mencari nilai parameter fried. Perbedaan dengan metode DIMM lainnya adalah pada proses koreksi data. Pada penelitian, metode Median Absolute Deviation (MAD) digunakan dalam pengoreksian data pengamatan. Metode ini mampu mendeteksi data pencilan (outlier) yang disebabkan oleh derau yang timbul selama pengukuran. Nantinya, data pencilan tersebut dihilangkan dan diganti dengan nilai rata-rata data. Nilai ????0 pengukuran selanjutnya digunakan dalam simulasi perangkat adaptive optic tipe Laser-guide Tomography Adaptive Optics (LTAO) untuk merestorasi citra AO dari objek bintang cluster. Kinerjasi perangkat AO dihitung dari citra restorasi dengan menggunakan parameter rasio strehl dan encircled energy. Pada simulasi, objek bintang cluster didiskripsikan sebagai objek 25 bintang dengan ukuran rentang antar bintang sebesar 0,13 detik busur, 1 detik busur dan 7,5 detik busur. Nilai ????0 sebesar 5,03cm dari data sejarah (historis) pengamatan seeing di Observatorium Bosscha digunakan sebagai variabel pembanding. Dari hasil pengamatan, diperoleh nilai ????0 terkoreksi sebesar 6,89 cm. Hasil ini kemudian digunakan sebagai parameter langit pada simulasi AO dengan target objek 25 bintang bersama dengan nilai ????0 variabel pembanding. Diperoleh citra hasil AO terestorasi dengan baik pada ????0 pengukuran untuk rentang bintang 0,13 detik busur dan 1 detik busur serta pada ????0 pembanding. Hasil yang berbeda untuk rentang bintang 7,5 detik busur. Pada rentang tersebut, AO tidak dapat merestorasi citra dengan baik. Dari 25 bintang, terdapat satu citra bintang yang terestorasi dengan baik lalu sisanya masih muncul unsur bintik (speckle) pada citra. Dari hasil simulasi kemudian citra diukur kualitas resolusi dengan menggunakan parameter strehl ratio dan encircled energy. Kemudian diperoleh bahwa nilai strehl ratio parameter fried pengukuran pada 0,13 detik busur dan 1 detik busur memiliki bentuk nilai yang stabil sebesar 75-80 %. Sementara nilai strehl-ratio untuk rentang 7,5 detik busur memiliki bentuk nilai yang fluktuatif. Grafik encircled-energy diperoleh dari persebaran distribusi energi PSF pada citra yang mendiskripsikan adanya aberasi dari letak cincin difraksi pertama (first diffraction ring) dari PSF. Dari hasil grafik encircled-energy menunjukan bahwa grafik encircled-energy untuk rentang 0,13 dan 1 detik busur pada parameter fried terukur serta pada parameter fried pembanding menunjukan letak cincin difraksi pertama pada radius ±2 [dalam unit ?/D]. Sementara, grafik encircled energy untuk rentang 7,5 detik busur pada parameter fried terlihat tidak stabil. Namun, terdapat satu grafik yang menunjukan letak cincin difraksi pertama PSF pada radius 2 [dalam unit ?/D].