digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Nur Amalia Limeilati
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Nur Amalia Limeilati
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Nur Amalia Limeilati
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Nur Amalia Limeilati
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Nur Amalia Limeilati
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Nur Amalia Limeilati
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Nur Amalia Limeilati
PUBLIC Alice Diniarti

Produk terapeutik erythropoietin digunakan untuk mengobati anemia akibat penyakit ginjal kronis, dan anemia yang disebabkan kemoterapi pada pasien kanker. Salah satu bentuk dari produk terapeutik erythropoietin sintetik adalah darbepoetin alfa (DPO). PT. Bio Farma (Persero) telah mengembangkan DPO, protein tersebut kemudian dikarakterisasi oleh Batavia Biosciences, Belanda. Kontrol yang digunakan sebagai pembanding adalah produk komersial DPO, Aranesp®. Berdasarkan hasil karakterisasi diketahui bahwa DPO yang dihasilkan Bio Farma memiliki berat molekul yang lebih rendah, muatan isoformnya lebih bersifat basa dan kadar asam sialatnya ±50% lebih rendah dibandingkan DPO, Aranesp®. Rendahnya kadar asam sialat pada DPO dapat memengaruhi waktu paruh dan aktivitas biologis in-vivo, oleh karena itu pengaturan jumlah asam sialat pada protein DPO penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan asam sialat yang berikatan pada isoform DPO. Peningkatan asam sialat pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan percobaan yaitu dengan membandingkan suhu inkubasi 37°C dengan suhu berjenjang 37°C yang kemudian diturunkan menjadi 32,5°C, rentang pH 7-7,4, glukosa 25-50 mM, penambahan media suplemen, penambahan N-acetyl-D-mannosamine sebagai prekursor asam sialat dan substrat dasar reaksi glikosilasi, galaktosa. Kultivasi dengan suhu inkubasi 37°C dilakukan selama 14 hari, sedangkan untuk suhu yang di shift menjadi 32,5°C dilakukan selama 18 hari, keduanya dipanen pada saat viabilitas sel mencapai kisaran 80% untuk menghindari terakumulasinya protease dan glikosidase. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap peningkatan asam sialat, dilakukan uji isoelectric focusing (IEF) dan kadar asam sialat pada DPO yang diperoleh. Densitas sel, viabilitas sel, konsentrasi DPO, pH, konsumsi glukosa, produksi laktat dan ammonia diukur untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap metabolisme sel yang ada hubungannya dengan peningkatan asam sialat. Dari hasil pengukuran selama kultivasi, konsumsi glukosa setara dengan produksi laktat, begitu pula dengan konsumsi glutamin dan produksi ammonia. Penggunaan media suplemen EX-CELL dengan konsentrasi glukosa yang dijaga dalam rentang 2 – 4,5 g/L pada saat kultivasi, pH pada rentang 7-7,2, pemberian 20 mM N-acetyl- D-mannosamin dan galaktosa sebesar 0,6% secara berkala dapat memberikan peningkatan asam sialat pada DPO. Peningkatan asam sialat dilihat dari hasil pengujian IEF, pita isoform DPO menjadi lebih bersifat asam dan letaknya setara dengan pita isoform DPO Aranesp®. Kadar asam sialat juga meningkat sebesar 10,29 kali jika dibandingkan dengan DPO yang dikultivasi tanpa perlakuan. Konsentrasi DPO pada suhu inkubasi berjenjang 37°C dan diturunkan menjadi 23,5°C lebih tinggi 1,58 kali jika dibandingkan dengan inkubasi pada suhu 37°C. Keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan suhu inkubasi berjenjang dari 370C menjadi 32,50C, penambahan media suplemen EX-CELL dengan konsentrasi glukosa yang dijaga dalam rentang 2 – 4,5 g/L pada saat kultivasi, pH dalam rentang 7-7,2, penambahan N-acetyl-D-mannosamine 20mM dan galaktosa 0,6% secara berkala dapat meningkatkan asam sialat pada isoform DPO hingga mendekati asam sialat Aranesp®.