digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Luri Nurlaila Syahid
PUBLIC Alice Diniarti

Mangrove memiliki banyak manfaat baik bagi manusia maupun bagi ekosistem di sekitarnya. Namun, area mangrove mengalami penurunan dari tahun 1980 hingga 2005. Hilangnya mangrove mengakibatkan banyak kerugian baik di bidang ekonomi maupun terganggunya ekosistem disekitarnya. Untuk mengatasi semakin berkurangnya lahan mangrove, diperlukan upaya rehabilitasi maupun restorasi mangrove, sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis kesesuaian lahan mangrove di Asia Tenggara menggunakan parameter lingkungan, iklim dan sosial-ekonomi. Parameter lingkungan yang dimaksud yaitu elevasi dan kelerengan, sedangkan parameter iklim dan sosialekonomi yang dimaksud yaitu suhu udara, curah hujan, land use land cover (LULC), populasi, gross domestic product (GDP), dan cahaya malam. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data global climate model (GCM) dari Centre National de Recherches Météorologiques-Climate model version 5 (CNRM-CM5.1) dan Model for Interdisciplinary Research on Climate (MIROC5) untuk tahun 2050 dan 2070. Kedua model tersebut memiliki tiga skenario Representative Concentration Pathways (RCP) yaitu RCP 2.6, 4.5 dan 8.5. Data yang digunakan sebagai parameter pada penelitian ini dari kedua model tersebut yaitu data curah hujan dan suhu udara rata-rata. Semua parameter lingkungan dan iklim baik aktual maupun prediksi 2050 dan 2070 diberi bobot yang berbeda. Metode penentuan bobot yang dilakukan pada penelitian ini yaitu metode Multi- Criteria Decision Making (MCDM) dengan teknik Analytic Hierarchy Process (AHP). Hasil dari Teknik AHP tersebut menunjukkan bahwa parameter yang paling berpengaruh dalam penentuan kesesuaian lahan untuk penanaman mangrove yaitu tunggang pasang surut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lahan yang berpotensi sangat sesuai untuk ditanami mangrove di Asia Tenggara saat ini yaitu sekitar 398.000 ha. Selain itu, Negara yang berpotensi memiliki lahan yang sangat sesuai untuk ditanami mangrove paling banyak yaitu Indonesia dengan persentase sebanyak 67,34% dari total luas lahan pada kategori kelas sangat sesuai dan kelas sesuai. Diikuti oleh Vietnam (10,52%), Philippines (6,62%), Thailand (5,38%), Malaysia (4,18%), dan Cambodia (3,29%). Namun, negara yang memiliki lahan paling sedikit untuk ditanami mangrove yaitu Myanmar (2,57%), Brunei (0.09%) dan Singapura (0.02%). Hasil dari potensi kesesuaian lahan mangrove di tahun 2050 menunjukkan bahwa RCP 8.5 adalah skenario yang memiliki jumlah lahan yang paling banyak pada kategori kelas sangat sesuai hampir di semua negara Asia Tenggara. Berbeda dengan 2050, potensi kesesuaian lahan mangrove di tahun 2070 menunjukkan bahwa mayoritas negara-negara di Asia Tenggara memiliki jumlah area pada kategori kelas sangat sesuai yang sama pada ketiga RCP.