Untuk mengatasi kelebihan muatan di TPA, pemerintah telah menjalankan program
Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R). Setelah melakukan survei ke
TPS3R, ditemukan bahwa sistem tersebut masih memiliki banyak kekurangan. Salah satu
cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengganti sistem yang ada dengan pengolahan
sampah berbasis termal yang memiliki persen pemrosesan dan laju yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, perancangan dan analisis sistem pengolahan sampah skala komunal berbasis
teknologi termal dilakukan dalam tugas sarjana ini.
Tujuh alternatif desain dibandingkan satu sama lain menggunanakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) berdasarkan beberapa parameter, yaitu persentase
jumlah sampah terolah, kapasitas spesifik, keberlanjutan dari sisi energi, potensi pemanasan
global, dan aliran dana harian. Kelayakan dan sensitivitas finansial dari desain terpilih
dilakukan untuk mempelajari apakah desain tersebut dapat layak diterapkan atau tidak.
Parameter finansial yang dianalisis adalah NPV, DPBP, dan IRR.
Berdasarkan parameter yang telah ditentukan, desain yang menggabungkan kegiatan
pemilahan, proses hidrotermal, proses pirolisis, dan proses pengurugan adalah desain yang
paling direkomendasikan. Desain tersebut unggul pada parameter persentase jumlah sampah
terolah, potensi pemanasan global, dan aliran dana harian. Namun demikian, desain ini
memiliki nilai yang buruk pada parameter kapasitas spesifik dan keberlanjutan dari sisi
energi. Secara berturut-turut, nilai dari NPV, DPBP, dan IRR adalah Rp 4.359.908.623, 3
tahun 4 bulan, dan 34.5% sehingga layak untuk diimplementasikan.