digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Erwin Samsul
PUBLIC yana mulyana

COVER Erwin Samsul
PUBLIC yana mulyana

BAB 1 Erwin Samsul
PUBLIC yana mulyana

BAB 2 Erwin Samsul
PUBLIC yana mulyana

BAB 3 Erwin Samsul
PUBLIC yana mulyana

BAB 4 Erwin Samsul
PUBLIC yana mulyana

BAB 5 Erwin Samsul
PUBLIC yana mulyana

PUSTAKA Erwin Samsul
PUBLIC yana mulyana

Latar belakang dan tujuan : Diabetes melitus merupakan sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, sensitivitas insulin atau keduanya. Hal ini terkait dengan kelainan pada metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, dan metabolisme protein, serta keadaan hiperglikemia menyebabkan komplikasi kronik termasuk mikrovaskular, makrovaskular dan gangguan neuropatik. Semut jepang (SJ) merupakan sejenis kumbang yang termasuk dalam suku Tenebrionidae, berwarna hitam atau coklat gelap, panjang 5-7 mm. Siklus hidup semut jepang terdiri dari fase telur, fase larva, fase pupa, fase semut jepang muda dan fase semut jepang dewasa. Semut jepang membutuhkan waktu selama 60 hari untuk menjadi semut jepang dewasa. Semut jepang dewasa telah digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat untuk menurunkan kadar gula darah, namun belum diteliti secara ilmiah aktivitasnya sebagai antidiabetes. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas antidiabetes serbuk semut jepang pada mencit. Metode : Penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu metode toleransi glukosa dengan modifikasi pemberian beban karbohidrat yaitu glukosa, sukrosa, pati, dan metode antihiperglikemia pada mencit yang diinduksi aloksan. Pada metode toleransi glukosa mencit dibagi menjadi 5 kelompok yakni kelompok kontrol sakit (Na CMC 1%), kelompok pembanding (glibenklamid 5 mg/kg bb) dan 3 kelompok uji serbuk semut jepang dengan dosis 9 mg/kg bb (SJ 9), 45 mg/kg bb (SJ 45), dan 90 mg/kg bb (SJ 90). Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada menit awal setelah mencit dipuasakan, menit ke 30, menit ke 60, menit ke 90, dan menit ke 120. Pada metode antihiperglikemia pada mencit yang diinduksi aloksan, mencit dibagi menjadi 6 kelompok yakni kelompok kontrol normal Na CMC 1% (tidak diinduksi aloksan), kelompok kontrol sakit Na CMC 1%, kelompok pembanding glibenklamid 5 mg/kg bb, dan 3 kelompok uji yang diberi serbuk semut jepang dengan dosis 9 mg/kg bb (SJ 9), 45 mg/kg bb (SJ 45), dan 90 mg/kg bb (SJ 90). Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari pertama, hari ke 3, hari ke 7, dan hari ke 14. Hasil : Penggunaan SJ 90 dan SJ 45 dapat menekan peningkatan kadar glukosa darah dengan persentase penurunan kadar glukosa darah selama 120 menit masing-masing sebesar 24,2% dan 27,7% pada pemberian beban glukosa, 22,4% dan 21,9% pada pemberian beban sukrosa, dan 17% dan 21,7% pada pemberian beban pati tetapi persentase penurunan kadar glukosa darah lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok pembanding glibenklamid dengan persentase iii sebesar 36,8% pada pemberian beban glukosa, 23,2% pada pemberian beban sukrosa, dan 22,6% pada pemberian beban pati. Pada metode antihiperglikemia pada mencit yang diinduksi aloksan, SJ 45 dan SJ 90 memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok pembanding glibenklamid, yang menyatakan bahwa SJ 45 dan SJ 90 lebih baik dalam menurunkan glukosa darah dengan persentase masing-masing sebesar 39,96% dan 44,07% dibandingkan kelompok pembanding glibenklamid dengan persentase 20,05%. Kesimpulan: Berdasarkan hasil evaluasi metode toleransi glukosa serbuk semut jepang (Tenebrio molitor Linn.) pada dosis 45 dan 90 mg/kg bb memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan pemberian beban glukosa, sukrosa, dan pati namun, lebih rendah dibandingkan dengan glibenklamid 5 mg/kg bb. Serbuk semut jepang tersebut pada dosis 45 dan 90 mg/kg bb memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan glibenklamid 5 mg/kg bb dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit diabetes aloksan.