digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perubahan iklim terjadi pada setiap periode bumi, sehingga paleoklimatologi memiliki peran penting sebagai landasan dalam pembuatan model iklim. Perairan Barat Sumatra berada pada sistem angin monsun dan dipengaruhi oleh fenomena iklim Indian Ocean Dipole (IOD). Lokasi penelitian berada di Perairan Barat Sumatra yang terletak di antara Pulau Sumatra dan Pulau Simeulue. Secara geografis berada pada koordinat 02? 40’ 511’’ LU dan 096? 52’ 793’’ BT. Objek pada penelitian ini berupa sampel sedimen gravity core dengan kode ST-16 yang sebelumnya diambil oleh Tim Peneliti LIPI melalui Ekspedisi Widya Nusantara di Perairan Barat Sumatra pada tahun 2017. Sampel diambil pada kedalaman 1.115 m di bawah permukaan laut dan memiliki panjang 2,21 m. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi dan mengetahui dinamika paleoklimat dan paleoseanografi pada Pleistosen Akhir – Holosen di Perairan Barat Sumatra, serta mengetahui hubungannya dengan IOD. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis besar butir menggunakan 221 sampel, analisis X-Ray Flourescence (XRF) menggunakan 221 sampel dan analisis foraminifera menggunakan 27 sampel. Analisis besar butir dilakukan untuk mengetahui parameter statistik besar butir. Analisis XRF dilakukan untuk mengetahui unsur kimia yang terkandung pada sampel serta digunakan sebagai proksi input sedimen dan intensitas pelapukan yang dianggap mewakili dominasi IOD. Analisis foraminifera dilakukan untuk mengetahui nama genus hingga spesies dan kelimpahan foraminifera serta digunakan dalam analisis Modern Analogue Technique (MAT) untuk mengetahui Sea Surface Temperature (SST) dan analisis biozonasi dengan melakukan constrained clustering. Batas antara Pleistosen dan Holosen diketahui dari First Appearance Datum (FAD) dari Bolliella adamsi pada kedalaman 192 cm dari 1.115 m di bawah permukaan laut. Berdasarkan hasil rekonstruksi paleoklimat dan paleoseanografi diketahui terjadi dinamika paleoklimat dan paleoseanografi selama Pleistosen Akhir – Holosen di Periaran Barat Sumatra. Terdapat 7 periode iklim dan terdapat fenomena iklim global seperti Younger Dryas, Tropical Cooling, Mid Holocene Peak, serta 4,2 K event. Fenomena IOD memiliki hubungan dengan dinamika paleoklimat dan paleoseanografi di Perairan Barat Sumatra. IOD positif mendominasi iklim dingin yang ditandai dengan penurunan curah hujan dan IOD negatif mendominasi iklim hangat yang ditandai dengan peningkatan curah hujan.