digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Wilayah Jawa bagian barat, Indonesia, merupakan daerah yang rawan akan bencana geologi karena adanya subduksi Lempeng Australia di bawah Eurasia. Pada daerah ini, terdapat beberapa kota besar, termasuk Jakarta, ibu kota Indonesia, dan Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat, yang terancam oleh sumber aktivitas seismik dan vulkanik. Pemahaman tentang struktur kerak bumi bagian atas yang lebih baik merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung upaya mitigasi bahaya dan bencana gempa bumi di daerah tersebut.Untuk mencitrakan struktur kerak bagian atas, kami menerapkan Ambient Noise Tomography ke data waveform baru yang didapatkan dari 85 seismometer sementara yang dipasang selama 2016-2018. Korelasi silang dari data waveform diaplikasikan untuk mendapatkan fungsi empiris Green’s dari gelombang Rayleigh antar pasangan stasiun. Distribusi spasial dari kecepatan grup kemudian diperoleh dengan melakukan inversi dari hasil kurva disperse. Kami membandingkan dua metode yang berbeda untuk inversi kecepatan grup: metode optimalisasi subspace least square, dan sampling probabilistik berdasarkan metode Trans-dimensional Bayesian. Hasil kami menunjukkan bahwa, meskipun secara komputasional pendekatan trans-dimensional Bayesian cukup mahal, metode ini memiliki kelebihan dibanding dengan metode optimisasi subspace least square dimana metode trans-dimensional Bayesian dapat dengan efektif mengeksplorasi ruang model dan dapat mengkarakterisasi pola spasial dari kecepatan grup gelombang Rayleigh dengan lebih baik. Untuk mendapatkan peta kecepatan gelombang S, kami menerapkan algoritma Neighbourhood dengan menginversi kecepatan grup gelombang Rayleigh ke dalam profil kecepatan gelombang S 1-D yang kemudian diinterpolasi untuk mendapatkan peta kecepatan gelombang S 3-D. Hasil dari kecepatan gelombang S dapat mencitrakan struktur geologi hingga kedalaman 17 km. Hasil inversi menunjukkan bahwa untuk kedalaman dangkal (1-6 km) kecepatan grup berkorelasi baik dengan geologi permukaan, dan untuk kedalaman yang lebih dalam (7-17 km) berkorelasi dengan batuan kristalin. Bagian utara dari daerah penelitian memiliki lapisan sedimen yang menebal ke arah utara yang ditunjukkan oleh kecepatan gelombang S yang rendah. Hasil dari penelitian ini memiliki implikasi yang penting untuk kedalaman lapisan sedimen di bawah Jawa bagian barat dalam kaitannya dengn pemodelan resiko bencana seismik. Selain itu, model kecepatan gelombang S yang dihasilkan juga dapat dimanfaatkan sebagai model kecepatan awal untuk studi seismologi lainnya di wilayah penelitian.