digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2020 TS 23117020 Oktasio Fahlevi Final Tesis.pdf]
Terbatas D. Budina
» ITB

Energi panas bumi di Indonesia mempunyai karakteristik entalpi medium hingga tinggi. Studi kasus yang dilakukan pada PLTP Wayang Windu yang memiliki air brine bertemperatur 180°C dan total laju alir massa 69,12 kg/s. Fluida brine dimanfaatkan pada siklus rankine organik dengan fluida kerja R-245 FA. Akan tetapi, fluida brine yang telah digunakan tersebut masih mempunyai temperatur yang masih tinggi ketika keluar dari penukar panas pada pre-heater dan evaporator. Batas penurunan temperatur keluaran pre-heater agar tidak timbul scaling yatitu 141°C. Akan tetapi, temperatur tersebut masih tinggi dan mempunyai potensi untuk memanaskan fluida kerja kembali. Penurunan temperatur brine di luar batas silica scalling index (SSI) mengakibatkan pengendapan silika pada penukar panas. Alternatif mendapatkan energi termal yang besar dengan mencegah terjadinya silica scalling yaitu dengan Automatic Tubes Cleaning System (ATCS). Dengan menurunkan temperatur keluaran pre heater sampai 87°C, fluida organik yang mendapatkan panas dari air brine mampu membangkitkan daya turbin sebesar 130 kW hanya membutuhkan laju alir masa sebesar 2,178 kg/s dan kebutuhan panas (Qin) sebesar 867 kW serta didapatkan efektivitas penukar panas sebesar 78%. Artinya, sisa dari total keseluruhan laju air massa tersebut dapat dimanfaatkan lagi pada siklus rankine organik secara parallel dan menghasilkan daya yang lebih besar. Pengoperasian sistem pembersih otomatis ini dapat dilakukan dengan menurunkan daya sampai batas tertentu. Adapun tahapan penurunannya yaitu 130 kW, 126 kW, 122 kW dan 118 kW. Untuk mendapatkan waktu pengoperasian ATCS, maka dilakukan analisis biaya dan manfaat. Hasilnya, dengan penurunan daya sampai 122 kW lebih feasible diterapkan karena mempunyai NPV dan IRR tertinggi yaitu Rp.2.815.173.905 dan 26,77% dengan waktu pengoperasian ATCS setiap 38 Jam.