digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak_Muhammad Fathur Rofi_15714004.pdf)u
Terbatas Asep Kusmana
» ITB

Abstrak. Sistem Kota Purwakarta yang terdiri dari lima kecamatan yaitu, Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Jatiluhur, Kecamatan Babakancikao, Kecamatan Bungursari, dan Kecamatan Pasawahan adalah salah satu wilayah yang menjadi daerah pelayanan PDAM Purwakarta. Saat ini tingkat pelayanan Sistem Kota Purwakarta telah mencapai 79% yang dilayani oleh beberapa sumber air diantaranya, Waduk Jatiluhur (Instalasi Pengolahan Air Ubrug), Mata Air Cilembangsari, Mata Air Cigoong, Sumur bor Munjul, Campaka, Cibogo, dan Cimaung dengan total debit sebesar 361 l/detik. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan air bersih juga meningkat, sementara itu jumlah air bersih yang dapat diakses secara langsung juga berkurang. Oleh karena itu untuk dapat mencukupi kebutuhan air di masa yang akan datang, PDAM Purwakarta berencana untuk meningkatkan tingkat pelayanannya hingga menjadi 90% pada tahun 2030, sehingga berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk dan proyeksi kebutuhan air maka kebutuhan airnya meningkat menjadi 657 l/detik. Peningkatan kapasitas dilakukan dengan pembangunan modul instalasi pengolahan air baru pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Ubrug PDAM Purwakarta yang masih memiliki lahan yang luas dengan sumber air yang digunakan adalah Waduk Jatiluhur. Instalasi Pengolahan Air Ubrug memiliki dua modul IPA dengan total debit 160 l/detik, untuk memenuhi kebutuhan air pada tahun 2030 maka dibutuhkan penambahan kapasitas sebesar 300 l/detik. Berdasarkan perbandingan kualitas air baku dengan baku mutu dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) 492 tahun 2010 maka parameter yang harus diolah adalah E.coli 150 MPN/100 ml sampel, zat organik 22 mg/l, warna 20 TCU dan kekeruhan 10 NTU. Pemilihan alternatif konfigurasi pengolahan air dilakukan dengan mempertimbangkan hasil pengujian laboratorium, wawancara, dan studi pustaka. Hasil Analisa yang didapatkan adalah pengolahan menggunakan saringan pasir lambat sudah tidak mungkin digunakan kembali karena berdasarkan hasil studi pustaka dan wawancara yang dilakukan kepada pihak PDAM Purwakarta didapatkan bahwa jumlah nutrien di dalam air Waduk Jatiluhur tinggi sehingga menyebabkan pertumbuhan algae yang dapat menyumbat filter dan menyebabkan seringnya terjadi clogging pada unit saringan pasir lambat. Konfigurasi unit pengolahan yang digunakan untuk mengolah parameter tersebut terdiri dari preklorinasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, saringan pasir cepat, dan desinfeksi. Preklorinasi di awal pengolahan perlukan sebagai pra pengolahan untuk mengolah zat organik yang tinggi pada air baku, sehingga diharapkan dapat mencegah pertumbuhan algae pada unit pengolahan utama khususnya pada platte pada unit bak sedimentasi. Proses koagulasi dan flokulasi pada pengolahan air baku dilakukan untuk mengolah kekeruhan yang dakibatkan oleh koloid, besarnya kekeruhan pada air baku tidak menentu dan bergantung kepada cuaca, ketika musim hujan kekeruhan pada air baku dapat mencapai lebih dari 30 NTU sementara ketika musim kemarau kekeruhan adalah 5-10 NTU, oleh karena itu perlu dilakukan jartest setiap terjadi kenaikan dan penurunan kekeruhan untuk mendapatkan dosis koagulan yang tepat. Unit koagulasi dan flokulasi dilengkapi dengan unit sedimentasi untuk mengendapkan lumpur yang dihasilkan. Unit saringan pasir cepat diletakan setelah unit sedimentasi untuk menyaring sisa flok yang tidak terendapkan oleh bak sedimentasi, selain itu unit ini juga dapat digunakan untuk menurunkan warna. Proses terakhir pengolahan adalah proses desinfeksi atau post-klorinasi, yaitu untuk menjamin air yang sampai ke pelanggan bebas dari mikroorganisme pathogen. Pada ujung instalasi pengolahan direncanakan menggunakan reservoir sehingga perencanaan dilakukan dengan menggunakan debit maksimum harian. Pada akhir pengolahan dengan konfigurasi pengolahan tersebut secara teoritis akan didapatkan E.coli 0 MPN/100 ml sampel, zat organik 5,5 mg/l, kekeruhan 0,05 NTU, dan warna 0,2 TCU.