digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pulau Lombok merupakan daerah yang rawan akan terjadinya bencana gempabumi. Sejarah kegempaan mencatat bahwa kurang lebih 10 kejadian gempa bermagnitudo M > 5.0 pernah terjadi di Lombok sejak tahun 1970 hingga kini. Salah satu hal yang memicu kondisi tersebut adalah letak Pulau Lombok yang berbatasan dengan trench subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia di sebelah selatan, Flores Back Arc Thrust di sebelah utara, serta kedudukannya yang diapit oleh Sesar Geser Lombok dan Sesar Geser Sumbawa. Pada Agustus 2018, rangkaian gempa bermagnitudo kuat kembali mengguncang Pulau Lombok. Rangkaian gempabumi ini diawali dari gempa bermagnitudo 6.4 pada tanggal 29 Juli 2018, dilanjutkan gempabumi 5 Agustus (M 7.0), 9 Agustus (M 5.9), dan 19 Agustus (6.3 dan 6.9). Investigasi mendalam terkait aktivitas kegempaan Pulau Lombok perlu dilakukan, mengingat bahwa Pulau Lombok memiliki sejarah kegempaan yang cukup aktif. Akan tetapi, studi khusus mengenai kondisi seismisitas Pulau Lombok belum banyak dilakukan. Penelitian ini diimplementasikan untuk menganalisis kondisi hiposenter Gempa Lombok menggunakan data Gempa Lombok 2018. Sebanyak 20 stasiun dipasang di area Pulau Lombok selama periode 4 Agustus – 9 September 2018. Berdasarkan hasil rekaman seismometer, diperoleh 3259 event gempa, yang selanjutnya ditentukan waktu tiba fase P dan S-nya menggunakan perangkat Seisgram2K. Sebagai pengontrol kualitas penentuan waktu tiba, diagram Wadati untuk masing-masing event di-plot dan menghasilkan rasio Vp/Vs ~1.71. Kemudian, data waktu yang diperoleh digunakan untuk menentukan lokasi awal hiposenter, dengan metode non-linear. Lokasi hiposenter yang dihasilkan dari proses ini, kemudian diperbarui menggunakan metode relokasi Double Difference. Proses relokasi hiposenter dilakukan dengan model kecepatan 1D lokal yang diperbarui dengan perangkat Velest. Sebaran waktu residual menunjukkan bahwa proses relokasi dengan model kecepatan 1D lokal berhasil mengoptimumkan posisi hiposenter gempa susulan. Berdasarkan hasil relokasi hiposenter, teramati bahwa lokasi gempa susulan dari rangkaian gempa Lombok 2018 terdistribusi di sebelah utara Pulau Lombok, dan membentuk tiga kluster utama di sisi selatan area Flores Back Arc Thrust. Kluster-kluster gempa tersebut diinterpretasi mencirikan adanya proses segmentasi rupture pada Flores Oceanic Crust di sebelah selatan Flores Back Arc Thrust, dan diduga menjadi penyebab rangkaian Gempa Lombok 2018. Selain itu, terdapat pula zona aseismik di sebelah baratlaut Gunung Rinjani, yang diduga berkaitan dengan aktivitas termal bawah permukaan.