Pulau Lombok merupakan daerah yang rawan akan terjadinya bencana gempabumi.
Sejarah kegempaan mencatat bahwa kurang lebih 10 kejadian gempa bermagnitudo
M > 5.0 pernah terjadi di Lombok sejak tahun 1970 hingga kini. Salah satu hal yang
memicu kondisi tersebut adalah letak Pulau Lombok yang berbatasan dengan
trench subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia di sebelah selatan, Flores
Back Arc Thrust di sebelah utara, serta kedudukannya yang diapit oleh Sesar Geser
Lombok dan Sesar Geser Sumbawa. Pada Agustus 2018, rangkaian gempa
bermagnitudo kuat kembali mengguncang Pulau Lombok. Rangkaian gempabumi
ini diawali dari gempa bermagnitudo 6.4 pada tanggal 29 Juli 2018, dilanjutkan
gempabumi 5 Agustus (M 7.0), 9 Agustus (M 5.9), dan 19 Agustus (6.3 dan 6.9).
Investigasi mendalam terkait aktivitas kegempaan Pulau Lombok perlu dilakukan,
mengingat bahwa Pulau Lombok memiliki sejarah kegempaan yang cukup aktif.
Akan tetapi, studi khusus mengenai kondisi seismisitas Pulau Lombok belum
banyak dilakukan. Penelitian ini diimplementasikan untuk menganalisis kondisi
hiposenter Gempa Lombok menggunakan data Gempa Lombok 2018. Sebanyak 20
stasiun dipasang di area Pulau Lombok selama periode 4 Agustus – 9 September
2018. Berdasarkan hasil rekaman seismometer, diperoleh 3259 event gempa, yang
selanjutnya ditentukan waktu tiba fase P dan S-nya menggunakan perangkat
Seisgram2K. Sebagai pengontrol kualitas penentuan waktu tiba, diagram Wadati
untuk masing-masing event di-plot dan menghasilkan rasio Vp/Vs ~1.71.
Kemudian, data waktu yang diperoleh digunakan untuk menentukan lokasi awal
hiposenter, dengan metode non-linear. Lokasi hiposenter yang dihasilkan dari
proses ini, kemudian diperbarui menggunakan metode relokasi Double Difference.
Proses relokasi hiposenter dilakukan dengan model kecepatan 1D lokal yang
diperbarui dengan perangkat Velest. Sebaran waktu residual menunjukkan bahwa
proses relokasi dengan model kecepatan 1D lokal berhasil mengoptimumkan posisi
hiposenter gempa susulan. Berdasarkan hasil relokasi hiposenter, teramati bahwa
lokasi gempa susulan dari rangkaian gempa Lombok 2018 terdistribusi di sebelah
utara Pulau Lombok, dan membentuk tiga kluster utama di sisi selatan area Flores
Back Arc Thrust. Kluster-kluster gempa tersebut diinterpretasi mencirikan adanya
proses segmentasi rupture pada Flores Oceanic Crust di sebelah selatan Flores
Back Arc Thrust, dan diduga menjadi penyebab rangkaian Gempa Lombok 2018.
Selain itu, terdapat pula zona aseismik di sebelah baratlaut Gunung Rinjani, yang
diduga berkaitan dengan aktivitas termal bawah permukaan.