digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Rekaman intensitas magnetik bumi dapat memiliki perbedaan antara rekaman global dan regional, dikarenakan adanya pengaruh komponen regional seperti sifat mineral dan proses regional. Publikasi terbaru tentang paleomagnetik menyatakan bahwa pada kedalaman 300-600 km di zona subduksi masih ditemukan adanya mineral hematit yang kemungkinan mempengaruhi intensitas magnetik di sekitarnya. Untuk mendapatkan kurva PI dengan resolusi yang lebih baik dan menunjukan karakteristik magnetik yang “sebenarnya”, dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa data core PI yang berasal dari wilayah yang sama ataupun berbeda. Paleointensity-stacking (PIS) dilakukan dengan 6 data core dari wilayah Pasifik Barat. Wilayah ini dipilih karena (1) data dari wilayah ini belum terwakili dalam PIS sebelumnya; (2) wilayah ini memiliki banyak zona subduksi sehingga dapat dugunakan untuk membuktikan pengaruh mineral hematit yang berada di zona subduksi terhadap nilai Paleointensitas (PI); (3) terdapat RPI beresolusi tinggi dari Danau Towuti yang dapat digunakan sebagai kurva master atau kurva referensi dalam pengolahan. Pembuatan PIS dilakukan dengan 4 tahapan, yaitu memilih data dari wilayah Pasifik Barat, normalisasi nilai PI untuk menyetarakan nilai dari seluruh data, interpolasi masing-masing data core untuk menyamakan interval umur seluruh data, dan stacking nilai PI dengan 4 variasi pembobotan dalam stacking. Model PIS yang dihasilkan disebut WEPAPIS-60 (Western Pacific Paleointensity-Stacking untuk 60 ribu tahun terakhir). Hasil yang diperoleh menunjukan nilai PI rendah pada umur 41 ribu tahun (Laschamp excursion), 34 ribu tahun (Mono Lake excursion), dan pada rentang 10-20 ribu tahun yang kemungkinan berkaitan dengan young series excursion.