digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Christopher Chandra
PUBLIC Latifa Noor

Kayu Jabon merupakan kayu berkualitas rendah. Untuk dapat digunakan dalam skala industri, kayu Jabon harus diolah lebih lanjut, terutama dari sisi kekuatan mekaniknya. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kekuatan mekaniknya adalah densitas. Kayu dengan kualitas yang baik secara umum memiliki nilai densitas yang lebih tinggi dibandingkan kayu dengan kualitas rendah. Karenanya, pada penelitian ini densitas kayu Jabon ingin ditingkatkan, dengan maksud untuk memperbaiki kekuatan mekaniknya. Pada kayu berkualitas rendah, terdapat rongga kayu yang banyak dan ukurannya besar. Rongga kayu inilah yang dimaksudkan untuk diisi guna menaikkan densitasnya. Rongga diisi menggunakan mineral MgCO3 menggunakan dua metode. Metode pertama digunakan satu tahap perendaman, menggunakan larutan supersaturasi MgCO3. Metode kedua, digunakan dua tahap perendaman menggunakan larutan MgCl2 dan Na2CO3. Spesimen kayu setelah perendaman dikeringkan, kemudian diukur profil massa, volume, dan densitasnya. Pada metode satu tahap perendaman(MgCO3), profil massa, volume dan densitas memiliki tren menurun. Sedangkan pada metode dua tahap perendaman (MgCl2 dan Na2CO3), profil massa sampel naik hingga 142%, volume naik sebesar 4,79%, dan densitas naik sebesar 130,9%. Sayangnya, data-data tersebut tidak sejalan dengan hasil pengujian tekan kayu. Dapat disimpulkan bahwa semua sampel yang mengalami perendaman mengalami penurunan kekuatan mekanik, dan spesimen kontrol memiliki nilai kekuatan mekanis yang lebih baik. Penurunan kekuatan mekanik spesimen dibandingkan dengan kontrol pada metode satu tahap dan dua tahap adalah sebesar 13 dan 34%, berturut-turut. Pengukuran EDS menunjukkan tidak adanya atom Mg di dalam rongga kayu. Atom C, O, dan Na terdeteksi oleh EDS, menandakan bahwa yang masuk ke dalam kayu bukanlah MgCO3 tetapi Na2CO3. Dilihat dari spektrum XRD, difraktogram sampel cocok dengan difraktogram literatur Na2CO3. Tidak terjadinya kristalisasi seperti penelitian- penelitian sebelumnya, kemungkinan besar disebakan karena ukuran rongga Jabon yang sangat besar. Citra SEM menunjukkan bahwa rongga Jabon berkisar antara 150-1560 µm, berbeda dengna kayu Pinus yang diteliti sebelumnya memiliki rongga hanya sekitar 12 µm. Perbedaan ini menyebabkan lebih sulit tercapainya kondisi lokal supersaturasi pada kayu Jabon dibandingkan Pinus, karena volume rongga Jabon jauh lebih besar daripada Pinus.