digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Arsyad Maulana Dzulqornain
PUBLIC Alice Diniarti

Air asam tambang merupakan limbah yang dihasilkan dari proses penambangan yang terbentuk karena mineral di dalam tanah menjadi terbuka dan berkontak dengan oksigen. Proses oksidasi melepaskan logam-logam terlarut seperti Cu (II), Zn (II), dan Mn (II). Selain itu, mineral-mineral yang mengandung sulfur akan melepaskan sulfat dengan konsentrasi tinggi yang membuat pH air asam tambang menjadi rendah. Salah satu metode pengolahan air asam tambang yang dikembangkan saat ini adalah passive treatment, yaitu dengan menggunakan bahan organik yang mengandung bakteri pereduksi sulfat secara alami. Penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan bahan organik yang paling baik untuk digunakan dalam pengolahan pasif (passive treatment). Dalam penelitian ini, digunakan sepuluh reaktor. Terdapat tiga bahan organik yang diuji, meliputi serbuk gergaji kayu merbau, sekam padi, dan singkong. Setiap bahan organik memiliki tiga variasi, yaitu bahan organik tanpa penambahan apa pun, bahan organik dicampur dengan kompos, dan bahan organik dicampur kompos dan ditambah bakteri Citrobacter youngae SKC-4. Reaktor terakhir digunakan untuk air asam tambang ditambah dengan Citrobacter youngae SKC-4 sebagai parameter. Air asam tambang dialirkan secara downflow. Parameter yang diuji meliputi pH, yang diukur setiap 3 hari, serta konsentrasi sulfat, Cu (II), Zn (II), dan Mn (II) yang diukur setiap 7 hari. Pengukuran juga dilakukan pada hari ke-0 setelah kontak selama 10 menit dengan bahan organik. Grafik yang diperoleh menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi Cu (II), Zn (II), dan Mn (II) terjadi secara signifikan pada 10 menit pertama yang disebabkan oleh adsorpsi. Peningkatan pH serta penurunan konsentrasi Cu (II), Zn (II), dan Mn (II) paling baik terjadi pada serbuk gergaji kayu merbau, sementara penurunan konsentrasi sulfat paling baik terjadi pada sekam padi. Penambahan Citrobacter youngae SKC-4 tidak memberikan pengaruh yang signifikan.