digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fasya Amasani Setiawan
Terbatas Sandy Nugraha
» ITB

Perkembangan wisata dan bisnis hasil perkebunan di Kabupaten Jember, Jawa Timur berdampak pada kenaikan jumlah pengunjung yang memakai sarana transportasi pesawat terbang melalui Bandara Notohadinegoro pada lima tahun terakhir. Kenaikan yang signifikan ini mendorong Dinas Perhubungan Kabupaten Jember untuk melakukan pengembangan Bandara Notohadinegoro dari Bandara kelas IV menjadi bandara kelas III. Konsep dasar perancangan Bandara Notohadinegoro yang baru didasarkan kepada kearifan lokal sebagai: “Ramah Bumi Pendalungan”. Konsep ini menekankan pada respon bangunan terhadap isu keberlanjutan dan lokalitas dimana Bandara Notohadinegoro sebagai gerbang Kabupaten Jember mempu merepresentasikan budaya Jember dan menjadi bangunan yang responsif terhadap iklim tropis. Sebagai bandara penumpang kelas tiga (III), Bandara Notohadinegoro dirancang untuk memenuhi tuntutan green building serta meminimalisir pemakaian energi pada kegiatan operasional dan perawatan bangunan kedepan. Ventilasi alami, penghijauan di sekitar bangunan, serta fasad dan konfigurasi ruang yang memungkinkan pergerakan angin dan masuknya cahaya matahari merupakan solusi desain yang digunakan. Terminal Penumpang Bandara Notohadinegoro merupakan bangunan 1 lantai dengan luas 1.550 m2 dan mampu memfasilitasi hingga 200.000 penumpang per tahun. Massa bangunan memiliki bentuk atap joglo yang kemudian dipotong secara asimetris dan digeser. Massa tambahan diletakkan diantara dua massa utama yang secara bentuk menyatukan kedua massa tersebut. Fungsi bangunan dikelompokan menjadi 3 area layanan, dimana area pertama menaungi fungsi kegiatan landside (operasional dan check-in), area konsesi (sirkulasi, hall, dan konsesi), dan airside (lounge dan baggage claim). Pembagian ini memiliki jumlah yang sama dengan massa bangunan sehingga luas dan bentuk massa bangunan kemudian disesuaikan dengan fungsi bangunan yang dinaunginya.