digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Magdalena
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Magdalena
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Magdalena
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Magdalena
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Magdalena
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Magdalena
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia, dengan jumlah anak-anak berusia 9 tahun ke bawah meliputi 18 persen dari total jumlah penduduknya yang saat ini mencapai lebih dari 269 juta orang. Banyaknya jumlah anak-anak berusia muda, membuat Indonesa menjadi salah satu fokus pemasaran Kumon – suatu perusahaan Jepang yang cukup dikenal yang bergerak dalam bisnis pendidikan luar sekolah – pada pasar globalnya. Kelas-kelas Kumon pertama untuk anak-anak Indonesia dibuka pada bulan Oktober 1993. Setelah itu, jumlah siswa yang belajar di Kumon meningkat secara bertahap hingga pada bulan April 2019 mencapai hampir 150 ribu siswa yang kebanyakan mengikuti Kumon pada subjek matematika dan “bahasa Inggris sebagai bahasa asing” (English as a Foreign Language/EFL). Namun pertumbuhan jumlah siswa dipengaruhi dengan kuat oleh pertumbuhan jumlah kelas karena Kumon Indonesia melakukan ekspansi secara agresif ke kota-kota baru di Indonesia. Bila melihat data rata-rata jumlah siswa per kelas, angkanya menurun. Fakta yang menarik adalah, pada saat rata-rata jumlah siswa per kelas mencapai angka tertinggi yaitu di tahun 2013, pada saat itu jumlah siswa prasekolah juga tinggi. Dari tahun 2013 hingga 2018, jumlah siswa prasekolah berkurang menjadi 80% dari angka di tahun 2013. Karena itu, bisa dikatakan bahwa peningkatan jumlah siswa prasekolah mempengaruhi rata-rata jumlah siswa per kelas. Selain itu, ada 3 alasan utama mengapa penting bagi Kumon Indonesia untuk fokus pada pasar prasekolah, yaitu: untuk perkembangan kemampuan anak prasekolah itu sendiri, untuk meningkatkan kemampuan bimbingan Pembimbing, dan untuk pertambahan jumlah siswa di kelas. Mengingat pentingnya pembelajaran Kumon pada anak prasekolah, perlu dilakukan riset untuk menentukan strategi komunikasi pemasaran terpadu untuk meningkatkan performa pada target pasar siswa prasekolah di Kumon Indonesia. Dengan mengidentifikasi analisis eksternal dan internal serta analisis SWOT menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif pada riset ini, beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan dalam sedikitnya jumlah siswa prasekolah di Kumon Indonesia dapat dikenali seperti berikut. • Rendahnya kebutuhan pembelajaran pada usia prasekolah. • Pemikiran orang tua yang mengganggap bahwa masa prasekolah adalah masa bermain, dan memberikan pembelajaran akademik kepada anak prasekolah akan membebani anak. • Masyarakat berpikir bahwa Kumon adalah kursus belajar yang serius yang mengajarkan matematika sehingga dianggap tidak sesuai untuk anak prasekolah. • Kampanye pemerintah daerah pada beberapa wilayah di Indonesia yang melarang pembelajaran membaca, menulis dan berhitung untuk anak prasekolah. • Beberapa Pembimbing Kumon enggan untuk menerima anak prasekolah karena membimbing anak prasekolah memerlukan usaha dan enerji yang lebih besar ketimbang membimbing anak yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil riset, kebanyakan orang tua dari siswa prasekolah Kumon mendaftarkan anaknya belajar di Kumon dengan tujuan untuk membekali anak dengan kemampuan agar siap untuk memasuki bangku Sekolah Dasar. Mereka juga merasakan manfaat belajar seperti meningkatnya kemampuan berkonsentrasi, terbentuknya kebiasaan yang baik dan kemampuan akademik dasar yang dibutuhkan agar anak dapat dengan lancar belajar di Sekolah Dasar. Karena itu, direkomendasikan untuk menentukan segmentasi, penargetan dan pemosisian yang baru pada target pasar siswa prasekolah di Kumon Indonesia. Permasalahan utama akan sedikitnya siswa prasekolah di Indonesia adalah kesadaran orang tua siswa akan pentingnya pembelajaran pada masa prasekolah dan pengenalan terhadap Kumon itu sendiri. Untuk itu, direkomendasikan untuk melaksanakan strategi bauran pemasaran yang baru. Elemen produk, promosi, proses, orang dan lingkungan fisik adalah bagian-bagian dari bauran pemasaran yang diprioritaskan untuk diperbaiki dalam waktu dekat. Terkait perbaikan pada komunikasi pemasaran terpadu, salah satu strateginya adalah menggunakan influencer di media sosial terutama Instagram. Sementara itu, pada media offline dari kampanye “Below the Line”, penggunaan brosur, selebaran ataupun buklet yang diberikan langsung ke pelanggan potensial dirasa akan efektif. Untuk efisiensi biaya dan kemudahan dalam mendistribusikan materi promosi, pembuatan materi dalam 2 versi (yaitu ditujukan untuk anak-anak secara umum dan untuk anak-anak prasekolah) tidak selalu diperlukan. Sementara itu, apabila menggunakan hadiah yang sifatnya promosional, direkomendasikan untuk tidak memberikan hadiah biasa, melainkan mempertimbangkan hadiah berupa alat bantu belajar yang dapat berguna untuk menyokong pembelajaran anak prasekolah di Kumon.