digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 6 Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Ilham Aji Dermawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

Tujuh Bukit secara umum disusun oleh batuan vulkanik dan vulkaniklastik Formasi Batuampar berumur Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah. Setelah terjadi aktivitas tektonomagmatisme pada Pliosen, satuan tersebut teralterasi dan menjadi host rock bagi mineralisasi ekonomis yang juga terbentuk pada Pliosen. Daerah penelitian berada di tambang terbuka Pit B East dan B West. Kavling yang mencakup kedua pit tersebut memiliki luas ± 700 x 500 m2, terletak pada koordinat ± 9045100 9045600 mU dan ± 174400 175100 mT sistem proyeksi koordinat UTM WGS 1984 zona 50S. Penelitian ini membahas tentang kontrol struktur yang berperan dalam pembentukan karakteristik alterasi dan mineralisasi Au-Ag-Cu sistem epitermal sulfidasi tinggi yang berkembang di Pit B East dan B West, tambang Tujuh Bukit. Tujuan akhirnya adalah untuk mengetahui orientasi dan sistem struktur dominan yang mengontrol terbentuknya mineralisasi Au-Ag-Cu, terutama mineralisasi dengan kadar menengah hingga sangat tinggi. Pemetaan pada dinding tambang terbuka dilakukan secara detail dengan mengamati karakteristik alterasi, identifikasi mineralisasi, dan observasi struktur geologi. Sampel batuan kemudian dianalisis secara mikroskopis untuk mengidentifikasi mineral alterasi, mengetahui tahapan/paragenesa dari hubungan potongmemotong/ cetak tindihnya, dan mengetahui kandungan mineral bijih. Penggunaan instrumen Analytical Spectral Devices (ASD) dilakukan untuk mengetahui nama mineral spesifik dari kelompok mineral tertentu, khususnya mineral lempung. Uji geokimia Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) digunakan untuk menentukan kadar Au-Ag-Cu dalam kadar ppm. Penggunaan data sekunder dari perusahaan juga dilakukan menggunakan metodologi yang sama. Secara litostratigrafi, daerah penelitian disusun oleh satuan breksi vulkanik yang disebandingkan dengan Formasi Batuampar berumur Oligosen Akhir Miosen Tengah. Breksi polimik disusun oleh matriks material piroklastik dan fragmen batuan beku, tuf-lapili, batuan sedimen, dan setempat ditemukan fragmen charcoal. Satuan ini menjadi host rock bagi mineralisasi yang berkembang saat terjadi aktivitas tektonomagmatisme Pliosen. Aktivitas tektonomagmatisme di umur tersebut menyebabkan satuan breksi vulkanik terdeformasi dan jalur-jalur deformasinya menjadi jalan bagi fluida hidrotermal hasil magmatisme Pliosen mengendapkan mineral bijih ekonomis dan mengubah batuan. Struktur geologi yang dominan berkembang berupa sistem sesar mendatar berumur Pliosen, berarah relatif NW-SE dan N-S, dengan arah tegasan utama NNW-SSE mengikuti model pure shear. Terdapat pula sesar normal berarah relatif NW-SE dan sesar naik berarah relatif ENE-WSW. Sesar-sesar tersebut pada skala regional merupakan kompensasi akibat gaya tektonik tekanan (compressive) berarah NNWSSE dalam satu periode tektonik yang sama. Sistem sesar mendatar menghasilkan zona-zona sesar normal dan zona tinggian pada geometri releasing stepover, releasing bend, dan restraining bend. Sesar-sesar mendatar yang ada di Pit B East dan B West merupakan sistem sesar strike-slip paling kecil pada skala regional Tujuh Bukit. Struktur geologi yang berkembang merepresentasikan tektonik Pulau Jawa saat ini. Terdapat lima satuan alterasi setelah dilakukan integrasi data lapangan, data pengeboran, dan hasil pemindaian ASD, yaitu: satuan kuarsa, kuarsa-alunit, kuarsakaolinit, kaolinit-montmorilonit-klorit, dan kaolinit-montmorilonit. Umumnya batuan terubah sedang hingga intens, setempat ditemukan batuan terubah total. Mengacu pada terminologi alterasi hidrotermal berdasarkan himpunan mineralnya, alterasi yang berkembang adalah silisifikasi, argilik lanjut, dan argilik menengah. Dari hubungan cetak-tindihnya pada pengamatan petrografi, kelima satuan alterasi terjadi dalam dua tahap. Tahap alterasi pertama terbentuk pada lingkungan pH asam, sedangkan tahap alterasi kedua terbentuk pada lingkungan pH asam hingga netral karena sudah ada pengaruh air meteorik. Mineralisasi Au-Ag-Cu masing-masing diklasifikasikan menjadi lima kelas kadar, yaitu kadar sangat rendah, rendah, menengah, tinggi, dan sangat tinggi. Mineral bijih yang ditemukan berdasarkan observasi di lapangan dan pengamatan mineragrafi berupa pirit, kalkopirit, kovelit, bornit, tetrahedrit, azurit, malakit, hematit, dan goetit. Mineral-mineral tersebut umumnya ditemukan berasosiasi dengan alterasi yang mengalami silisifikasi, seperti satuan kuarsa, kuarsa-alunit, dan kuarsa-kaolinit. Alterasi silisifikasi dan mineralisasi Au-Ag-Cu kadar menengah hingga sangat tinggi umumnya berada pada zona-zona sesar normal yang diakibatkan oleh pergerakan sesar mendatar pada geometri releasing bend dan releasing stepover, serta sesar normal yang sejajar dengan arah tegasan utamanya pada skala regional. Struktur, alterasi, dan mineralisasi yang berkembang dikontrol oleh subduksi Pliosen Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa berarah relatif NNW-SSE. Tektonik ini menyebabkan terdeformasinya batuan-batuan berumur pra-Pliosen dan menyebabkan terjadinya aktivitas magmatisme. Magmatisme pembawa mineralisasi ekonomis memiliki durasi aktivitas hingga mencapai 3,59 juta tahun semenjak 5,29 Ma.