ABSTRAK Eriwan Susanto
PUBLIC yana mulyana COVER Eriwan Susanto
PUBLIC yana mulyana BAB 1 Eriwan Susanto
PUBLIC yana mulyana BAB 2 Eriwan Susanto
PUBLIC yana mulyana BAB 3 Eriwan Susanto
PUBLIC yana mulyana BAB 4 Eriwan Susanto
PUBLIC yana mulyana BAB 5 Eriwan Susanto
PUBLIC yana mulyana BAB 6 Eriwan Susanto
PUBLIC yana mulyana PUSTAKA Eriwan Susanto
PUBLIC yana mulyana
Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembapan
yang tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur, sehingga infeksi karena jamur di negeri
ini banyak ditemukan. Dermatofitosis dan kandidiasis merupakan salah satu penyakit
infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur dengan prevalensi yang cukup tinggi di antara
penyakit kulit lainnya di Indonesia. Namun, antibiotik antijamur yang efektif masih
sangat terbatas dan tidak semua memiliki profil keamanan yang baik. Oleh karena itu,
pencarian senyawa baru yang memiliki aktivitas antifungi dan profil keamanan yang
lebih baik masih terus dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti aktivitas
antifungi beberapa kombinasi yang berasal dari sepuluh tanaman uji terhadap fungi
Candida albicans, Microsporum gypseum, dan Trichophyton mentagrophytes. Serbuk
simplisia tanaman uji diekstraksi dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol.
Ekstrak diuji aktivitas antifunginya dengan metode mikrodilusi dan difusi agar terhadap
fungi Candida albicans, Microsporum gypseum, dan Trichophyton mentagrophytes untuk
menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Fungisidal
Minimum (KFM). Ekstrak yang menunjukkan aktivitas terhadap fungi uji diteliti sifat
interaksi kombinasinya. Tiga ekstrak tanaman uji dengan aktivitas tertinggi dan
menunjukkan sifat interaksi kombinasi yang sinergis dipilih. Kemudian, ketiga ekstrak
difraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana dan etil
asetat. Masing-masing fraksi ditentukan nilai KHM dan KFM. Ketiga ekstrak terpilih
diuji aktivitasnya secara in situ pada kulit punggung kelinci yang diinfeksi Trichophyton
mentagrophytes. Ekstrak dan fraksi terpilih ditentukan kesetaraan aktivitasnya dengan
pembanding ketokonazol. Fraksi aktif diteliti aktivitasnya melalui metode KLT
bioautografi. Fraksi dengan aktivitas tertinggi dari ketiga tanaman terpilih diteliti lokasi
kerjanya melalui pengamatan morfologi sel menggunakan Scanning Electron Microscopy
(SEM). Karakterisasi simplisia dan ekstrak dilakukan terhadap tanaman dengan aktivitas
tertinggi, meliputi penapisan fitokimia, kadar abu total, dan susut pengeringan untuk
simplisia serta penapisan fitokimia, kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol,
bobot jenis, persentase rendemen, dan pola kromatogram untuk ekstrak. Ekstrak etanol
daun rosemary, rimpang jahe, dan rimpang temulawak menunjukkan aktivitas tertinggi
dan sifat interaksi kombinasi yang sinergis terhadap Trichophyton mentagrophytes. Krim
M/A yang mengandung kombinasi dari ketiga ekstrak tanaman tersebut menunjukkan
aktivitas penurunan skor udem dan eritema total yang berbeda bermakna (p<0,01)
terhadap kontrol positif pada hari ke-8 setelah pengobatan. Sediaan krim M/A
menunjukkan efek kesembuhan rata-rata setelah 16,67 hari, jauh lebih cepat
ii
dibandingkan dengan kontrol positif, yaitu 24 hari. Ekstrak temulawak dan fraksi nheksana jahe menunjukkan kesetaraan aktivitas tertinggi terhadap ketokonazol
dibandingkan dengan ekstrak dan fraksi lainnya, dimana 1 mg ekstrak temulawak setara
dengan 0,00701 mg ketokonazol dan 1 mg fraksi n-heksana jahe setara dengan 0,01489
mg ketokonazol dalam pengujian aktivitas antifungi terhadap Trichophyton
mentagrophytes. Hasil KLT bioautografi menunjukkan bahwa tiga komponen fraksi etil
asetat rosemary mampu menghambat pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes. Lima
komponen fraksi etil asetat jahe mampu menghambat pertumbuhan fungi uji. Sedangkan,
pada fraksi etil asetat temulawak terdapat satu komponen yang mampu menghambat
pertumbuhan fungi uji. Pada fraksi n-heksana temulawak, enam komponen menunjukkan
aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes. Sementara
itu, empat komponen aktif antifungi terdapat pada fraksi n-heksana jahe. Selanjutnya,
fraksi yang paling aktif dari masing-masing ekstrak diamati lokasi kerjanya dengan
menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil SEM menunjukkan
terjadinya perubahan pada morfologi sel Trichophyton mentagrophytes yang diduga
karena adanya kerusakan pada membran sel dan hambatan pada pembentukan dinding
sel. Ekstrak etanol daun rosemary, rimpang jahe, dan rimpang temulawak menunjukkan
aktivitas antifungi yang tertinggi dengan sifat interaksi kombinasi yang sinergis. Krim
M/A yang mengandung kombinasi dari ketiga ekstrak tanaman tersebut menunjukkan
aktivitas antifungi yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol positif secara in situ.
Kromatogram fraksi etil asetat rosemary, etil asetat temulawak, etil asetat jahe, n-heksana
temulawak, dan n-heksana jahe menunjukkan adanya bercak-bercak dengan Rf tertentu
yang secara spesifik menunjukkan aktivitas antifungi. Hasil SEM menunjukkan
terjadinya perubahan pada morfologi sel Trichophyton mentagrophytes akibat aktivitas
dari masing-masing fraksi yang paling aktif.