digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yanni Parmawati
PUBLIC yana mulyana

COVER Yanni Parmawati
PUBLIC yana mulyana

BAB 1 Yanni Parmawati
PUBLIC yana mulyana

BAB 2 Yanni Parmawati
PUBLIC yana mulyana

BAB 3 Yanni Parmawati
PUBLIC yana mulyana

BAB 4 Yanni Parmawati
PUBLIC yana mulyana

BAB 5 Yanni Parmawati
PUBLIC yana mulyana

BAB 6 Yanni Parmawati
PUBLIC yana mulyana

PUSTAKA Yanni Parmawati
PUBLIC yana mulyana

Kesalahan pengobatan dapat terjadi pada setiap rangkaian proses pengobatan mulai dari peresepan, transkripsi, penyiapan dan penggunaan obat. Kesalahan pengobatan dapat membahayakan pasien dan memicu terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan terkait obat (KTD/ADE/adverse drug events), yang sebenarnya dapat dicegah. Kesalahan penyiapan obat dapat terjadi pada setiap proses penyiapan obat di instalasi farmasi rumah sakit. Apoteker berada dalam posisi strategis dalam meminimalkan dan mencegah kesalahan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis kesalahan penyiapan obat di Instalasi Farmasi Unit Rawat Jalan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebelum dan sesudah intervensi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, mengetahui pengaruh intervensi apoteker terhadap penurunan kejadian kesalahan penyiapan obat, mengetahui hubungan antara waktu penyiapan obat dengan jumlah kesalahan penyiapan obat serta jumlah R/ yang disiapkan dengan jumlah kesalahan penyiapan obat sebelum dan sesudah intervensi. Penelitian menggunakan rancangan penelitian quasi experiment dengan desain separate sample pre-test post-test. Pengambilan data dilakukan secara konkuren dengan cara observasi langsung pada tahap verifikasi akhir proses penyiapan obat di Instalasi Farmasi Rawat Jalan JKN RSUP Persahabatan Jakarta selama periode 2 minggu baik sebelum dan sesudah intervensi. Intervensi dilakukan selama periode 3 minggu berupa paparan hasil observasi disertai pendekatan komunikasi/diskusi/saran, pemasangan stiker/label pada titik kritis berdasarkan hasil identifikasi jenis dan jumlah kesalahan penyiapan obat yang diukur selama pra-intervensi, pembagian leaflet kepada petugas serta penambahan SDM apoteker dan asisten apoteker. Terdapat penurunan angka kesalahan penyiapan obat sebesar 8,27 % sebelum intervensi (574/6939 item obat (R/) yang disiapkan) menjadi sebesar 3,14 % (221/7039 item obat (R/) yang disiapkan) sesudah intervensi. Jumlah dan jenis kesalahan penyiapan obat sebelum dan sesudah intervensi dari yang terbanyak berturut-turut adalah kesalahan aturan pakai sebesar 6,79 % turun menjadi 2,43%, kesalahan copy resep sebesar 0,58 % turun menjadi 0,14%, kesalahan jumlah obat sebesar 0,49 % turun menjadi 0,17 %, kesalahan jenis obat tidak disiapkan sebesar 0,24 % turun menjadi 0,10 %, kesalahan jenis obat sebesar 0,1 % turun menjadi 0,09%, kesalahan dosis obat sebesar 0,07 % naik menjadi 0,21%, dan kesalahan identitas pasien tidak ditemukan kesalahan (0 %) baik sebelum dan sesudah intervensi. Melalui intervensi apoteker, kejadian kesalahan penyiapan obat turun secara bermakna sebelum dan sesudah intervensi (p<0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara waktu penyiapan obat dengan jumlah kesalahan penyiapan obat sebelum intervensi (p<0,05). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara waktu penyiapan obat dengan jumlah kesalahan penyiapan obat sesudah intervensi serta jumlah R/ yang disiapkan terhadap jumlah kesalahan penyiapan obat baik sebelum dan sesudah intervensi (p>0,05). Masih ditemukannya peningkatan jumlah kesalahan dosis setelah intervensi menunjukkan perlunya dilakukan proses monitoring dan evaluasi serta feedback kepada petugas farmasi secara rutin dan berkala/periodik.