digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana

COVER Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana

BAB 1 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana

BAB 2 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana

BAB 3 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana

BAB 4 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana

BAB 5 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana

BAB 6 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana

PUSTAKA Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia, berhubungan dengan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang abnormal dan menyebabkan komplikasi kronis termasuk mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati. Jika tidak dikelola dengan baik, DM dapat menyebabkan beberapa komplikasi dan hampir semua organ bisa terkena, karena itu DM mengakibatkan berbagai keluhan dan memiliki manifestasi klinis yang bervariasi. Pengendalian DM yang baik dapat mencegah keluhan akibat komplikasi yang ada. Pada saat ini DM ditangani dengan obat-obat sintetik yang umumnya lebih mahal dengan efek samping yang relatif lebih tinggi. Indonesia sangat kaya akan bahan obat yang berasal dari alam. Tumbuhan obat tersebut sudah sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat dalam upaya penyembuhan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu pengembangan obat yang berasal dari bahan alam dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kondisi tersebut diatas. Penggunaan obat bahan alam pada umumnya dapat menekan biaya pengobatan yang relatif mahal. Beberapa diantaranya adalah bawang putih (Allium sativum L.) dan kunyit (Curcuma domestica Val.). Umbi lapis bawang putih dan rimpang kunyit telah digunakan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa macam penyakit termasuk DM. Untuk membuktikan khasiat kunyit dan bawang putih sebagai antidiabetes perlu dilakukan penelitian mekanisme kerja kunyit dan bawang putih serta komponen aktif dari keduanya sebagai antidiabetes. Berdasarkan telaah pustaka dapat dihipotesiskan bahwa kunyit dan bawang putih serta komponen aktif dari keduanya (kurkuminoid dan S-metil sistein) mempengaruhi satu atau lebih dari mekanisme kerja antidiabetes yaitu pemicu sekresi insulin, penghambat ?-glukosidase, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan penghambat glikasi. Metode yang digunakan pada penelitian ini meliputi empat metode pendekatan yaitu metode analisis imunohistokimia, metode penghambat ?-glukosidase, metode toleransi insulin dan metode penghambatan reaksi glikasi albumin. Metode imunohistokimia digunakan sebagai metode pendekatan untuk mengetahui mekanisme kerja sebagai pemicu sekresi insulin. Dengan metode imunohistokimia dapat diamati perbaikan sel ?maupun sel ?pankreas mencit yang telah dirusak aloksan. Metode penghambat ?-glukosidase digunakan untuk mengetahui kemampuan ekstrak dan komponennya dalam menghambat pemecahan polisakarida menjadi monosakarida. Tes toleransi insulin digunakan untuk mengetahui peningkatan sensitivitas reseptor insulin pada model hewan resisten insulin dengan pemberian emulsi tinggi lemak. Metode antiglikasi digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui kemampuan ekstrak dan komponenya dalam menghambat terjadinya ikatan antara glukosa dengan albumin yang dapat menyebabkan pembentukan AGEs (Advanced Glycation End Products) yang berperan dalam terjadinya komplikasi DM. Kinetik inhibisi ditentukan dengan menggunakan kurva Eddie Hoftsee. Hasil analisis imunohistokimia sel ?menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih, kurkuminoid, dan S-metil sistein memperlihatkan perbaikan sel ?pankreas pada mencit yang telah diinduksi aloksan. Hasil analisis imunohistokimia sel ? menunjukkan bahwa kurkuminoid, S-metil sistein, kombinasi ekstrak kunyitbawang putih dan kombinasi kurkuminoid- S- metil sistein memperlihatkan perbaikan sel ?pankreas pada mencit yang telah diinduksi aloksan. Hasil penelitian penghambat ?-glukosidase menunjukkan bahwa baik ekstrak kunyit, ekstrak bawang putih maupun komponennya (kurkuminoid dan S- metil sistein) tidak menunjukkan aktivitas inhibisi terhadap enzim ?-glukosidase. Hasil penelitian metode toleransi insulin menunjukkan bahwa KITT (Konstanta Insulin Tolerance Test) hewan yang diberi ekstrak bawang putih (72,0 ± 8,4), kurkuminoid (61,4 ± 7,4) dan kombinasi kurkuminoid - S-metil sistein (68,8 ± 6,4) secara bermakna (p < 0,05) lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya diberi emulsi tinggi lemak (32,0 ± 19,2). Penelitian dilanjutkan dengan menguji efek kurkuminoid terhadap proliferasi dan diferensiasi adiposit. Hasilnya menunjukkan bahwa kurkuminoid menginduksi diferensiasi adiposit. Hasil penelitian antiglikasi menunjukkan bahwa ekstrak kunyit, ekstrak bawang putih maupun senyawa aktifnya yaitu kurkuminoid dan S-metil sistein dapat menghambat reaksi glikasi albumin dengan persen inhibisi bertutur-turut 96,90 ± 2,53, 81,17 ± 0,76, 90,46 ± 1,61, dan 76,30 ± 3,90. Tipe inhibisi ekstrak bawang putih dan ekstrak kunyit adalah campuran kompetitif dan non kompetitif sedangkan tipe inhibisi kurkuminoid dan S-metil sistein adalah kompetitif. Kurkuminoid mempunyai potensi inhibisi paling kuat diikuti dengan S-metil sistein, ekstrak kunyit dan ekstrak bawang putih dengan IC50 berturut-turut 0,010 mg/ml, 0,014 mg/ml, 0,190 mg/ml dan 4,750 mg/ml. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa mekanisme kerja ekstrak kunyit sebagai antidiabetes adalah dengan menghambat glikasi, sedangkan mekanisme kerja ekstrak bawang putih adalah sebagai pemicu sekresi insulin, penghambat glikasi dan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin. Mekanisme kerja kurkuminoid sebagai antidiabetes adalah sebagai pemicu sekresi insulin, penghambat glikasi, dan meningkatkan sensitivitas insulin, sedangkan mekanisme kerja S-metil sistein adalah sebagai pemicu sekresi insulin dan penghambat glikasi. Mekanisme kerja kombinasi ekstrak kunyit-bawang putih adalah sebagai pemicu sekresi insulin, sedangkan mekanisme kerja kombinasi kurkuminoid- S- metil sistein adalah meningkatkan sensitivitas reseptor insulin. Penelitian ini telah melengkapi mekanisme kerja ekstrak kunyit, ekstrak bawang putih dan komponennya yaitu kurkuminoid dan S-metil sistein sebagai antidiabetes dari yang sudah ditelusuri dalam pustaka sehingga dapat digunakan sebagai terapi alternatif dalam penatalaksanaan DM.