ABSTRAK Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana COVER Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana BAB 1 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana BAB 2 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana BAB 3 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana BAB 4 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana BAB 5 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana BAB 6 Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana PUSTAKA Evi Sovia
PUBLIC yana mulyana
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok gangguan metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia, berhubungan dengan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang abnormal dan menyebabkan komplikasi kronis termasuk
mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati. Jika tidak dikelola dengan baik, DM
dapat menyebabkan beberapa komplikasi dan hampir semua organ bisa terkena,
karena itu DM mengakibatkan berbagai keluhan dan memiliki manifestasi klinis
yang bervariasi. Pengendalian DM yang baik dapat mencegah keluhan akibat
komplikasi yang ada. Pada saat ini DM ditangani dengan obat-obat sintetik yang
umumnya lebih mahal dengan efek samping yang relatif lebih tinggi. Indonesia
sangat kaya akan bahan obat yang berasal dari alam. Tumbuhan obat tersebut
sudah sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat dalam upaya penyembuhan dan
pencegahan penyakit. Oleh karena itu pengembangan obat yang berasal dari bahan
alam dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kondisi tersebut diatas. Penggunaan
obat bahan alam pada umumnya dapat menekan biaya pengobatan yang relatif
mahal. Beberapa diantaranya adalah bawang putih (Allium sativum L.) dan kunyit
(Curcuma domestica Val.). Umbi lapis bawang putih dan rimpang kunyit telah
digunakan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa macam
penyakit termasuk DM. Untuk membuktikan khasiat kunyit dan bawang putih
sebagai antidiabetes perlu dilakukan penelitian mekanisme kerja kunyit dan
bawang putih serta komponen aktif dari keduanya sebagai antidiabetes.
Berdasarkan telaah pustaka dapat dihipotesiskan bahwa kunyit dan bawang putih
serta komponen aktif dari keduanya (kurkuminoid dan S-metil sistein)
mempengaruhi satu atau lebih dari mekanisme kerja antidiabetes yaitu pemicu
sekresi insulin, penghambat ?-glukosidase, meningkatkan sensitivitas reseptor
insulin dan penghambat glikasi. Metode yang digunakan pada penelitian ini
meliputi empat metode pendekatan yaitu metode analisis imunohistokimia,
metode penghambat ?-glukosidase, metode toleransi insulin dan metode
penghambatan reaksi glikasi albumin.
Metode imunohistokimia digunakan sebagai metode pendekatan untuk
mengetahui mekanisme kerja sebagai pemicu sekresi insulin. Dengan metode
imunohistokimia dapat diamati perbaikan sel ?maupun sel ?pankreas mencit
yang telah dirusak aloksan. Metode penghambat ?-glukosidase digunakan untuk
mengetahui kemampuan ekstrak dan komponennya dalam menghambat
pemecahan polisakarida menjadi monosakarida. Tes toleransi insulin digunakan
untuk mengetahui peningkatan sensitivitas reseptor insulin pada model hewan
resisten insulin dengan pemberian emulsi tinggi lemak. Metode antiglikasi
digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui kemampuan ekstrak dan
komponenya dalam menghambat terjadinya ikatan antara glukosa dengan albumin
yang dapat menyebabkan pembentukan AGEs (Advanced Glycation End
Products) yang berperan dalam terjadinya komplikasi DM. Kinetik inhibisi
ditentukan dengan menggunakan kurva Eddie Hoftsee.
Hasil analisis imunohistokimia sel ?menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih,
kurkuminoid, dan S-metil sistein memperlihatkan perbaikan sel ?pankreas pada
mencit yang telah diinduksi aloksan. Hasil analisis imunohistokimia sel ?
menunjukkan bahwa kurkuminoid, S-metil sistein, kombinasi ekstrak kunyitbawang putih dan kombinasi kurkuminoid- S- metil sistein memperlihatkan
perbaikan sel ?pankreas pada mencit yang telah diinduksi aloksan.
Hasil penelitian penghambat ?-glukosidase menunjukkan bahwa baik ekstrak
kunyit, ekstrak bawang putih maupun komponennya (kurkuminoid dan S- metil
sistein) tidak menunjukkan aktivitas inhibisi terhadap enzim ?-glukosidase.
Hasil penelitian metode toleransi insulin menunjukkan bahwa KITT (Konstanta
Insulin Tolerance Test) hewan yang diberi ekstrak bawang putih (72,0 ± 8,4),
kurkuminoid (61,4 ± 7,4) dan kombinasi kurkuminoid - S-metil sistein (68,8 ±
6,4) secara bermakna (p < 0,05) lebih besar dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang hanya diberi emulsi tinggi lemak (32,0 ± 19,2). Penelitian
dilanjutkan dengan menguji efek kurkuminoid terhadap proliferasi dan
diferensiasi adiposit. Hasilnya menunjukkan bahwa kurkuminoid menginduksi
diferensiasi adiposit.
Hasil penelitian antiglikasi menunjukkan bahwa ekstrak kunyit, ekstrak bawang
putih maupun senyawa aktifnya yaitu kurkuminoid dan S-metil sistein dapat
menghambat reaksi glikasi albumin dengan persen inhibisi bertutur-turut 96,90 ±
2,53, 81,17 ± 0,76, 90,46 ± 1,61, dan 76,30 ± 3,90. Tipe inhibisi ekstrak bawang
putih dan ekstrak kunyit adalah campuran kompetitif dan non kompetitif
sedangkan tipe inhibisi kurkuminoid dan S-metil sistein adalah kompetitif.
Kurkuminoid mempunyai potensi inhibisi paling kuat diikuti dengan S-metil
sistein, ekstrak kunyit dan ekstrak bawang putih dengan IC50 berturut-turut 0,010
mg/ml, 0,014 mg/ml, 0,190 mg/ml dan 4,750 mg/ml.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa mekanisme kerja ekstrak kunyit
sebagai antidiabetes adalah dengan menghambat glikasi, sedangkan mekanisme
kerja ekstrak bawang putih adalah sebagai pemicu sekresi insulin, penghambat
glikasi dan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin. Mekanisme kerja
kurkuminoid sebagai antidiabetes adalah sebagai pemicu sekresi insulin,
penghambat glikasi, dan meningkatkan sensitivitas insulin, sedangkan mekanisme
kerja S-metil sistein adalah sebagai pemicu sekresi insulin dan penghambat
glikasi. Mekanisme kerja kombinasi ekstrak kunyit-bawang putih adalah sebagai
pemicu sekresi insulin, sedangkan mekanisme kerja kombinasi kurkuminoid- S-
metil sistein adalah meningkatkan sensitivitas reseptor insulin.
Penelitian ini telah melengkapi mekanisme kerja ekstrak kunyit, ekstrak bawang
putih dan komponennya yaitu kurkuminoid dan S-metil sistein sebagai
antidiabetes dari yang sudah ditelusuri dalam pustaka sehingga dapat digunakan
sebagai terapi alternatif dalam penatalaksanaan DM.