digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 E. KOESTANDA
PUBLIC sarnya

BAB 2 E. KOESTANDA
PUBLIC sarnya

BAB 3 E. KOESTANDA
PUBLIC sarnya

BAB 4 E. KOESTANDA
PUBLIC sarnya

BAB 5 E. KOESTANDA
PUBLIC sarnya

DAFTAR E. KOESTANDA
PUBLIC sarnya

1999_TS_PP_E_ KOESTANDAR LAMPIRAN.pdf ]
Terbatas sarnya
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Krisis nilai mata uang negara-negara Asia yang terjadi sejak Juli 1997 diduga meiupakan ekses dari arus aktivitas pasar uang global. T11rn over. pasar uang global saat ini jauh lebih besar daripada turn over perdagangan barang dan jasa maupun transaksi pasar saham dunia. ICetidakseinlbangan turn over ketiga jenis pasar ini mengakibatkan danlpak instabilitas di pasar uang jauh lebih besar daripada dampak instabilitas perdagangan barang dan jasa serta saham. Perkembangan pasar uang global yang dinamis merupakan refleksi dari era sistenl nilai tukar Jlontiiig exclzange rate yang dianut oleh sebagian besar negara- negara anggota IMF yang mempunyai kecenderungan telus berfluktuasi. Dilihat dari perkembangan pasar uang global khususnya yang terkait dengan currency rislc kondisi fundamental ekonomi negara- negara Asia sebelum krisis mengidikasikan kelemahan mendasar, terntanla defisit ctrrrent nccoui7t, ui~hedge capital iizflow dan filzancial stl.uct~11.e tidak sellat. Diduga faktor fundamei~tal ekonomi dan faktor colztagioli effect merupakan penyebab utama krisis nilai tukar mata uang regional Asia. Keberhasilan Thailand, Malaysia dan Korea Selatan inengatasi krisis nilai tukar mata uangnya relatif lebih cepat dari Indonesia dikarenakan diterapkannya credible policy yang berdampak positif terhadap stabilitas mata uangnya. Sementara itlt gejolak sosial politik yang berkepanjangan menyulitkan Indonesia untuk melakukan credible policy di bidang ekonomi. Berdasaskan hasil penelitian masih berlangsungnya fluktuasi yang berlebihan atas nilai tukar rupiah terhadap dollar setelah kebijakan nilai ktkar .pee Jloat 14 Agusttts 1997 disebabkan oleh tidak lllenlbaiknya fundamental ekonomi secara stntktural. Di lain pihak kebijakan nloneter dan fiskal selama periode krisis tidak konsisten dengall kebijakan fiee float, bahkan dalam beberapa kasus saling bertentangan. Masih belum stabilnya kondisi sosial politik secara psikologis menlpengaruhi nilai tukar rupiab di pasas uang. Dalam rangka mengupayakan terwujudnya stabilitas nilai tukar rupiah jangka panjang dapat ditinjau kembali penerapan kebijakan nilai tukar cr-nwlirzg peg dengan didukung oleh kebijakan kontrol devisa secara selektif untuk n~engantisipasi perkembangan pasar uang global yang diperkirakan telus mengalami tttrbulensi