digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dwinita Kusumawardani
PUBLIC Taupik Abidin

Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel sebagai salah satu sumber pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sejak tahun 2006. Instrumen ini menargetkan pasar domestik dan diharapkan untuk dapat meningkatkan minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di pasar keuangan selain hanya menyimpan dana mereka di tabungan. Dalam 10 tahun pertama sejak penerbitan pertama, pasar bertumbuh, tetapi SBN ritel kurang mencerminkan keritelan karena rata-rata nominal pesanan dinilai masih terlalu tinggi untuk pasar ritel Indonesia. Cakupan area investor juga masih terpusat di DKI Jakarta dan investor masih didominasi oleh generasi baby boomer, walaupun generasi milenial yang saat ini sedang berada dalam usia produktif. Keharusan untuk pergi ke mitra distributor untuk membeli instrumen financial ketika bisa belanja langsung dari gawai secara daring merupakan salah satu alasan keengganan milenial untuk berinvestasi, selain kurangnya kesadaran mengenai pentingnya berinvestasi. Untuk mengembangkan pasar dan meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia dari daerah selain DKI Jakarta, pemerintah Indonesia mengembangan sistem daring untuk menerbitkan SBN ritel. Riset ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dengan menawarkan desain sistem daring, mempelajari perilaku pasar yang potensial, menganalisis strategi pemasaran yang sesuai, mengulas aspek hukum terkait, dan menganalisis penetrasi pasar pascaimplementasi. Sistem penerbitan daring sebagai platform penyambung berbagai pihak terkait dikembangkan dalam penelitian ini, Bersama dengan rekomendasi 5 regulasi untuk ditinjau kembali, kaum milenial menjadi target pasar utama, dan investor milenial mengalami peningkatan dari kurang dari 22.5% menjadi 51.96% dalam SBR seri terakhir sejak sistem daring diberlakukan.