digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ika Nur Fariha
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Ika Nur Fariha
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Ika Nur Fariha
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Ika Nur Fariha
Terbatas Alice Diniarti
» ITB

BAB 3 Ika Nur Fariha
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Ika Nur Fariha
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Ika Nur Fariha
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Ika Nur Fariha
PUBLIC Alice Diniarti

Akuakultur merupakan sektor yang terus tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan Akuakultur memiliki tingkat pertumbuhan tahunan dunia sebesar 5,8% selama periode 2000-2016. Perikanan budidaya di Indonesia mencapai 17,22 juta ton pada tahun 2017, dimana udang merupakan komoditas eskspor utama. Untuk proses industrialisasi lebih lanjut, udang sebagai komoditi akuakultur unggulan, masih mengalami beberapa kendala salah satunya adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. (Vibriosis Syndrome). Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen melalui penggunaan pakan fungsional dengan suplementasi sinbiotik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan: (1) formulasi dan pengaruh suplementasi pakan dengan menggunakan sinbiotik: prebiotik (Kappaphycus alvarezii dan Spirullina sp.) dan probiotik (Bacillus cereus dan Halomonas alkaliphila), terhadap kesintasan, pertumbuhan, dan resistensi vibriosis pada udang putih (Litopenaeus vannamei), (2) menentukan kelayakan biologis dan ekonomi dalam pengaplikasian suplemen sinbiotik skala pilot, (3) serta menentukan kelayakan bisnis produk suplemen sinbiotik yang ditinjau dari aspek pasar, keuangan, dan teknis. Hasil pengujian kinerja pakan menunjukkan kesintasan udang tertinggi sebesar 92,62±0,02% pada kelompok variasi probiotik B. cereus dan H. alkaliphila 1:1, yang berbeda signifikan dengan kontrol yakni 60,04±0,03% (p<0,05). Pengujian skala pilot menunjukkan performa biologis terbaik dicapai oleh kolam perlakuan sinbiotik dengan estimasi kesintasan dan feed conversion ratio adalah 72,28% dan 1,38 secara berurutan. Berdasarkan hasil pengembangan skema produksi untuk menghasilkan 1000kg udang putih, terlihat bahwa kolam sinbiotik memiliki biaya investasi Rp64.730.500, biaya operasional Rp46.471.064, hasil penjualan Rp180.000.000, dan keuntungan Rp36.525.427, sedangkan kolam kontrol memiliki biaya investasi Rp75.230.500, biaya operasional Rp47.273.383, hasil penjualan Rp180.000.000, dan keuntungan Rp34.361.865, dimana kedua sistem dinilai layak secara finansial. Pada skenario terburuk akibat Vibriosis, dengan nilai investasi dan produksi yang sama, kolam sinbiotik akan menghasilkan penjualan Rp172.800.000, keuntungan Rp30.045.427, dinilai layak secara finansial sedangkan untuk kolan kontrol akan menghasilkan penjualan Rp142.200.000, keuntungan Rp341.865, dan dinilai tidak layak secara finansial. Hasil analisis kelayakan bisnis dari analisis SWOT menunjukkan tiga nilai terbesar ada pada faktor manfaat, potensi pasar, dan lingkungan dengan nilai 0,306, 0,216, dan 0,098 secara berurutan. Selain itu, analisis kelayakan finansial suplemen sinbiotik menunjukkan nilai payback period pada 2 tahun 2 bulan, NPV sebesar Rp369.560.212, IRR 38,41%, dan rasio B/C 1,72, sehingga perencanaan bisnis produksi suplemen sinbiotik dikategorikan layak. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa suplemen sinbiotik dengan variasi terbaik yakni rasio prebiotik K. alvarezii:Spirullina 3:1 dan rasio probiotik (total 108CFU/ml) B. cereus:H. alkaliphila 1:1 dapat meningkatkan kesintasan dan resistensi penyakit udang putih. Suplemen sinbiotik dinilai layak secara biologis dan ekonomi pada skenario ideal dan vibrio untuk dapat diaplikasikan dan dikembangkan sebagai produk suplemen pada produksi udang putih, serta bisnis produksi suplemen sinbiotik skala besar dinilai layak secara, pasar, finansial, dan teknis untuk dikembangkan.