digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Eric Aria Fernandez
PUBLIC yana mulyana

Pola konsumsi suplemen olahraga pada anggota aktif dari sebuah pusat kebugaran dipelajari dengan penelitian observasional dengan subjek acak yang merupakan anggota aktif dari 2 pusat kebugaran. Kemudian, pengetahuan subjek mengenai suplemen dinilai dan dibandingkan dengan mahasiswa/i Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung tahun ke-4. Suplemen yang populer digunakan oleh anggota kemudian diidentifikasikan kandungan steroid dengan metode Liebermann-Burchard. Penelitian ini dilakukan di dua pusat kebugaran di Bandung (PKA and PKB) pada 100 subjek yang dipilih secara acak. Kuesioner mendeskripsikan identitas, kebiasaan mengonsumsi suplemen dan pengetahuan akan suplemen. Pusat kebugaran tersebut dibagi menjadi tingkat menengah-tinggi (PKA) dan pusat kebugaran rendah (PKB) berdasarkan biaya yang dikenakan untuk menjadi anggota. Perbandingan pengetahuan akan suplemen diperoleh dari kuesioner 100 subjek acak mahasiswa/i Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung tahun ke-4. Tingkat pengetahuan diukur dengan mengakumulasi poin untuk tiap kategori. Pengetahuan di atas rata-rata ditunjukkan dengan nilai terakumulasi lebih dari 1 (>1). Informasi mengenai suplemen yang populer di antara anggota digunakan untuk menentukan sampel steroid yang sesuai untuk diuji. Uji ini meliputi penentuan LOD dan steroid di dalam sampel dengan melarutkan sampel dalam kloroform. Larutan kloroform tersebut kemudian ditambahkan larutan asam asetat anhidrida : asam sulfat pekat (1:1). Hasil positif dapat dilihat dengan pembentukan cincin berwarna merah-oranye di antara 2 fasa larutan. Dari hasil penelitian, diperoleh sebanyak 56% (PKA) dan 51% (PKB) subjek yang mengonsumsi suplemen olahraga sehari-harinya. Sebanyak 49 dari 56 subyek berada pada rentang umur 17 sampai dengan 45 tahun (PKA). Sedangkan di PKB terdapat 48 dari 51 subyek yang berada pada rentang 17 sampai dengan 35 tahun. Sebagian besar subyek yang mengonsumsi suplemen merupakan karyawan swasta (17 di A; 10 di B), wirausahawan (20 di PKA), atau mahasiswa/i (12 di A; 35 di PKB). Di PKA, 40 dari 56 subjek telah menjadi anggota sejak 3 tahun yang lalu. Sedangkan di PKB, data terdistribusi lebih merata dari 3 bulan yang lalu, 1, 2 atau 3 tahun yang lalu. Secara kumulatif, juga telah teramati sebagian besar subyek yang mengonsumsi suplemen berolahraga secara rutin 4-5 kali tiap minggu di PKA (33) dan PKB (21). Namun di PKB sebagian besar subyek berolahraga 1-3 kali tiap minggu (30). Dari penelitian, diperoleh subyek PKA (41,07%) memiliki persentase subyek dengan pengetahuan di atas rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa/i farmasi (34%). Namun perhitungan statitstik dengan metode Khi-kuadrat dengan pembetulan Yates menunjukkan tidak berbeda bermakna yang berarti tidak ada perbedaan pengetahuan antara anggota PKA yang menggunakan suplemen dengan mahasiswa SF-ITB (0,976) pada aras keberartian 0,05 (3,841). Sedangkan subyek yang diperoleh dari PKB (9,80%) menunjukkan persentase yang lebih rendah terkait pengetahuan di atas ratarata dibandingkan dengan mahasiswa/i farmasi (34%). Dengan metode Khi-kuadrat, diperoleh hasil berbeda bermakna antara pengetahuan anggota PKB yang menggunakan suplemen dengan mahasiswa/i SF-ITB (29,325) pada aras keberartian 0,05 (3,841). Analisis kualitatif suplemen menunjukkan hasil positif pada 3 dari 9 sampel yang diuji. 1 dari 3 sampel merupakan tablet steroid. Sedangkan 2 lainnya dipasarkan dengan susu protein whey dalam bentuk susu bubuk. Suplemen olahraga dikonsumsi oleh anggota aktif di pusat kebugaran yang berada di antara umur 17-35 tahun di PKB dan 17-45 tahun di PKA serta di antaranya merupakan karyawan swasta dan mahasiswa/i di PKA dan PKB dengan PKA juga terdapat wirausahawan. Tren ini juga terlihat di antara anggota aktif yang berolahraga 4-5 kali tiap minggu di PKA dan 1-3 kali di PKB. Sedangkan untuk tingkat pengetahuan, terdapat tingkat pengetahuan yang sama pada anggota aktif pusat kebugaran tingkat menengah-tinggi (PKA) dibandingkan dengan mahasiswa/i farmasi. Anggota aktif pusat kebugaran tingkat rendah (PKB) memiliki tingkat pengetahuan yang lebih rendah mengenai suplemen dibandingkan dengan mahasiswa/i farmasi.