digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Falah Safira
PUBLIC yana mulyana

Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dijumpai, khususnya pada kaum lanjut usia. Dalam penanganannya, pemblok kanal kalsium merupakan salah satu golongan obat antihipertensi yang memiliki penggunaan cukup luas di Indonesia, termasuk pada kaum lanjut usia, dan obat yang termasuk ke dalam golongan ini umumnya memiliki ikatan protein plasma yang cukup tinggi. Kaum lanjut usia memiliki risiko yang cukup tinggi untuk mengalami masalah gizi, berkaitan dengan perubahan fisiologis dan komposisi tubuh yang dapat mempengaruhi asupan nutrisi. Kondisi gizi kurang yang dapat dialami oleh lanjut usia dapat menyebabkan penurunan pengikatan protein terhadap obat, dan secara teori dapat meningkatkan fraksi obat bebas di plasma, sehingga dapat meningkatkan toksisitas obat. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan mengevaluasi keterkaitan antara status gizi dengan hasil terapi (outcome) pada pasien lansia hipertensi yang menggunakan obat golongan pemblok kanal kalsium. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan mengevaluasi keterkaitan antara status gizi dengan hasil terapi (outcome) pada pasien lansia hipertensi yang menggunakan obat golongan pemblok kanal kalsium. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dan observasional yang dilakukan secara retrospektif dan konkuren di Puskesmas Puter, Jayagiri, dan Ciumbuleuit. Hubungan antara status gizi dan hasil terapi (outcome) pengobatan menggunakan pemblok kanal kalsium diuji dengan mengamati kemungkinan kejadian Reaksi Obat Merugikan (ROM), dan dilakukan pengujian menggunakan metode analisis statistik independent t-student terhadap penurunan tekanan darah dari kelompok pasien status gizi normal dan kelompok berisiko malnutrisi/malnutrisi. Hasil menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan pada rataan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik antara kedua kelompok, pada kelompok hipertensi tingkat 1 dan hipertensi tingkat 2, pada aras kebermaknaan 0,05. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan secara statistika pada penurunan tekanan darah sistolik kelompok hipertensi tingkat 2 (P=0,06), pada aras kebermaknaan 0,10, dimana rataan penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok gizi normal lebih besar dibandingkan kelompok berisiko malnutrisi dan malnutrisi. Kemungkinan reaksi obat merugikan (ROM) dari obat golongan pemblok kanal kalsium terjadi pada kedua kelompok gizi. Pada kelompok gizi nomal ROM yang terjadi diantaranya pusing 39,53%; sakit kepala 13,95%; kram otot 13,95%; lemas 11,63%; nyeri abdominal 11,63%; pruritus 9,30%; kelelahan 4,65%; ruam kulit 4,65%; dan dispepsia 4,65%. Sedangkan, pada kelompok berisiko malnutrisi dan malnutrisi ROM yang terjadi diantaranya pusing 65,71%; lemas 22,86%; nyeri abdominal 14,29%; kram otot 11,43%; sakit kepala 8,57%; kelelahan 5,71%; pruritus 5,71%; ruam kulit 2,86%; dan dispepsia 2,86%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa diperlukan pemantauan terhadap penggunaan obat golongan pemblok kanal kalsium, khususnya pada pasien yang memiliki status gizi berisiko malnutrisi ataupun malnutrisi, untuk mencegah kemungkinan terjadinya ROM.