Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dijumpai, khususnya pada kaum lanjut usia. Dalam
penanganannya, pemblok kanal kalsium merupakan salah satu golongan obat antihipertensi yang
memiliki penggunaan cukup luas di Indonesia, termasuk pada kaum lanjut usia, dan obat yang
termasuk ke dalam golongan ini umumnya memiliki ikatan protein plasma yang cukup tinggi. Kaum
lanjut usia memiliki risiko yang cukup tinggi untuk mengalami masalah gizi, berkaitan dengan
perubahan fisiologis dan komposisi tubuh yang dapat mempengaruhi asupan nutrisi. Kondisi gizi
kurang yang dapat dialami oleh lanjut usia dapat menyebabkan penurunan pengikatan protein terhadap
obat, dan secara teori dapat meningkatkan fraksi obat bebas di plasma, sehingga dapat meningkatkan
toksisitas obat. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan mengevaluasi keterkaitan antara status
gizi dengan hasil terapi (outcome) pada pasien lansia hipertensi yang menggunakan obat golongan
pemblok kanal kalsium. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan mengevaluasi keterkaitan
antara status gizi dengan hasil terapi (outcome) pada pasien lansia hipertensi yang menggunakan obat
golongan pemblok kanal kalsium. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dan observasional yang
dilakukan secara retrospektif dan konkuren di Puskesmas Puter, Jayagiri, dan Ciumbuleuit. Hubungan
antara status gizi dan hasil terapi (outcome) pengobatan menggunakan pemblok kanal kalsium diuji
dengan mengamati kemungkinan kejadian Reaksi Obat Merugikan (ROM), dan dilakukan pengujian
menggunakan metode analisis statistik independent t-student terhadap penurunan tekanan darah dari
kelompok pasien status gizi normal dan kelompok berisiko malnutrisi/malnutrisi. Hasil menunjukkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan pada rataan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik
antara kedua kelompok, pada kelompok hipertensi tingkat 1 dan hipertensi tingkat 2, pada aras
kebermaknaan 0,05. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan secara statistika pada penurunan
tekanan darah sistolik kelompok hipertensi tingkat 2 (P=0,06), pada aras kebermaknaan 0,10, dimana
rataan penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok gizi normal lebih besar dibandingkan
kelompok berisiko malnutrisi dan malnutrisi. Kemungkinan reaksi obat merugikan (ROM) dari obat
golongan pemblok kanal kalsium terjadi pada kedua kelompok gizi. Pada kelompok gizi nomal ROM
yang terjadi diantaranya pusing 39,53%; sakit kepala 13,95%; kram otot 13,95%; lemas 11,63%; nyeri
abdominal 11,63%; pruritus 9,30%; kelelahan 4,65%; ruam kulit 4,65%; dan dispepsia 4,65%.
Sedangkan, pada kelompok berisiko malnutrisi dan malnutrisi ROM yang terjadi diantaranya pusing
65,71%; lemas 22,86%; nyeri abdominal 14,29%; kram otot 11,43%; sakit kepala 8,57%; kelelahan
5,71%; pruritus 5,71%; ruam kulit 2,86%; dan dispepsia 2,86%. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa diperlukan pemantauan terhadap penggunaan obat golongan pemblok kanal
kalsium, khususnya pada pasien yang memiliki status gizi berisiko malnutrisi ataupun malnutrisi,
untuk mencegah kemungkinan terjadinya ROM.