COVER Jonathan Adi Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Jonathan Adi Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Jonathan Adi Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Jonathan Adi Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Jonathan Adi Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Jonathan Adi Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Jonathan Adi Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Segara Anakan yang berada di bagian selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Segara Anakan
merupakan suatu daerah estuari bertemunya tiga sungai besar yaitu Sungai Citanduy, Sungai
Cibereum, dan Sungai Cikonde serta sungai - sungai kecil lainnya. Segara Anakan merupakan salah
satu daerah yang memiliki kekayaan ekosistem mangrove di Indonesia. Penurunan luasan hutan
mangrove telah terjadi di daerah ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji perubahan luasan
mangrove serta mempelajari kaitan faktor oseanografi terhadap pertumbuhan mangrove di Segara
Anakan. Pengukuran lapangan dilakukan pada tanggal 26 – 28 Mei 2017 dan pemetaan luas hutan
mangrove menggunakan citra satelit Landsat 8 dengan metode Normalized Difference Vegetation
Index pada tahun 2013 hingga 2016. Terjadi perubahan luasan mangrove secara fluktuatif sepanjang
tahun 2013 – 2016. Sepanjang tahun 2013 – 2016 terjadi penurunan 0,405 km2. Dengan laju
perubahan yang terjadi pada tahun 2013 – 2014 berkurang 6,72 km2. Namun, pada tahun 2014 – 2015
bertambah 3,44 km2. Begitu pula pada tahun 2015 – 2016 terjadi pertambahan luas 2,86 km2.
Parameter oksigen terlarut tahun 2017 tidak memenuhi baku mutu Kementerian Lingkungan Hidup
(KMLH) untuk kehidupan mangrove. Oksigen terlarut diindikasikan menjadi penyebab adanya
perbedaan pertumbuhan mangrove di daerah barat dan timur.