digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Dzorfi Bardani Nufus
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Dzorfi Bardani Nufus
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Dzorfi Bardani Nufus
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Dzorfi Bardani Nufus
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Dzorfi Bardani Nufus
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Dzorfi Bardani Nufus
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Dzorfi Bardani Nufus
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Temperatur dan salinitas air laut merupakan dua parameter lingkungan perairan yang paling berpengaruh pada budidaya ikan tuna sirip kuning. Budidaya ikan tuna sirip kuning di Indonesia telah dilakukan di perairan utara Bali oleh Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan, Gondol, Bali. Untuk melihat pengaruh temperatur dan salinitas air laut kepada budidaya ikan tuna dilakukan uji korelasi dengan frekuensi pemijahan dan indeks ketahanan hidup (SAI) larva ikan tuna sirip kuning. Data temperatur yang digunakan adalah data Sea Surface Temperature (SST) dari satelit Aqua MODIS dan data lapangan, sedangkan data salinitas yang digunakan adalah data Sea Surface Salinity (SSS) dari satelit Aquarius dan SMAP. Terdapat trend kenaikan temperatur sebesar ±0,2°C dan salinitas sebesar ±0,16 psu per tahun. Nilai temperatur berpengaruh rendah terhadap frekuensi pemijahan ikan tuna sirip kuning dengan nilai korelasi sebesar 0,34 dan berpengaruh sedang terhadap ketahanan hidup larva ikan tuna sirip kuning dengan nilai korelasi sebesar - 0,51. Salinitas berpengaruh sangat rendah terhadap frekuensi pemijahan ikan tuna sirip kuning dengan nilai korelasi sebesar -0,18 dan berpengaruh renda terhadap ketahanan hidup larva ikan tuna sirip kuning dengan nilai korelasi sebesar 0,46. Faktor temperatur lebih berpengaruh dibandingkan faktor salinitas.