digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Romanu Dwi Sasongko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Romanu Dwi Sasongko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Romanu Dwi Sasongko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Romanu Dwi Sasongko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Romanu Dwi Sasongko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Romanu Dwi Sasongko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Romanu Dwi Sasongko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Romanu Dwi Sasongko
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Total panas yang dapat disimpan di dalam laut disebut sebagai kandungan panas laut. Panas yang tersimpan di dalam laut memiliki peranan penting dalam mengatur kondisi iklim yang terjadi di bumi. Kandungan panas laut di periaran Indonesia dihitung menggunakan data temperatur bulanan secara vertikal dan horizontal berdasarkan data Met Office Hadley Observation “EN 4.1.1” dengan resolusi 10 x 10 dan rentang waktu dari tahun 1901-2015. Kandungan panas laut dihitung di kedalaman 0-100 m, 0-300 m, dan juga total kedalaman perairan Indonesia. Kandungan panas laut di Indonesia dari tahun 1901-2015 mengalami kenaikan di kedalaman 0-100 m, kedalaman 0-300 m, berturut-turut sebesar 2x1014 J, 2x1013 J, dan sebaliknya di kedalaman total turun sebesar -2x1014 J. Perubahan kandungan panas laut di Indonesia terbesar terjadi di kedalaman 100-300 m mencapai nilai rata-rata 13 J dan perubahan kandungan panas di bawah 1000 m berkurang 5 J di tiap kedalaman. Pacific Decadal Oscillation (PDO) fase positif menyebabkan turunnya kandungan panas rata-rata sebesar -1,74 x 1017 J dari tahun 1901-2015, sebaliknya fase negatif PDO menyebabkan naiknya kandungan panas laut rata-rata sebesar 2,48 x 1017 J di tahun 1901-2015. Sedangkan pada tahun 1926-1940 fase positif PDO tidak menyebabkan turunnya nilai kandungan panas laut.