digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian tentang industri kecil merupakan topik yang sangat menarik bagi peneliti saat ini. Namun, konteks kepulauan seringkali lepas dari perhatian, meskipun ada ribuan pulau-pulau kecil di dunia, seperti di Indonesia sendiri yang terdiri dari 17.500 pulau, yang kadangkala membutuhkan pendekatan pengembangan yang berbeda karena banyaknya hambatan yang mereka hadapi. Indeks daya saing dari Asia Competitiveness Institute tahun 2015 menunjukkan delapan provinsi kepulauan di Indonesia, yaitu Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi tenggara, membutuhkan strategi pengembangan yang berbeda, dan tidak bisa disamakan dengan provinsi-provinsi daratan seperti Jawa dan Sumatera karena rata-rata daya saing mereka rendah. Wirausahawan di daerah kepulauan tidak hanya menghadapi hambatan sehari-hari, namun juga kadangkala “kerugian komparatif”. Karena itu pembelajaran mengenai wirausahawan di daerah kepulauan sangat penting, terutama pada negara berkembang seperti Indonesia, dimana kesenjangan pembangunan masih menjadi isu besar. Disisi lain, UU no.3/2014 tentang Perindustrian mengamanatkan agar pemerintah pusat dan daerah dapat menciptakan industri kecil menengah yang berdaya saing. Oleh sebab itu, penelitian ini mengungkap strategi-strategi yang “sesuai” dalam rangka pengembangan kewirausahaan di kepulauan sekaligus memetakan apa saja hambatan-hambatan utama yang seringkali mereka hadapi. Penelitian ini menggunakan metode campuran serta penalaran secara deduksi dan induksi karena pola pikir dan konstruksi penelitian dibangun melalui kajian literatur serta hasil dari wawancara mendalam. Sedangkan strategi pada penelitian ini adalah studi kasus dan survei. Dimana teknik studi kasus dilakukan pada industri kecil olahan hasil laut yang sukses di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ditambah dengan industri kecil kerajinan dan industri kecil hasil pertanian, khususnya untuk “menjelajahi” konsep dari manajemen pengetahuan pada industri kecil di kepulauan. Sementara itu, teknik survei melibatkan industri kecil menengah dan aparat pemerintah, dari delapan provinsi kepulauan di Indonesia. Ada sembilan proposisi yang dibangun dari hasil kajian literatur, yang kemudian diukur melalui teknik wawancara mendalam. Kemudian analisis faktor dilakukan pada hasil temuan penelitian tersebut guna mengkonfirmasi hasil temuan pada responden yang lebih luas dari delapan provinsi kepulauan di Indonesia, sekaligus untuk penyederhanaannya. Survei terhadap permasalahan yang dihadapi oleh wirausahawan di kepulauan dilakukan melalui beberapa tahapan, dimulai dari tabulasi dari permasalahan yang sering dihadapi oleh wirausahawan di kepulauan, mereduksinya hinga menjadi 12 permasalahan utama saja dan kemudian di lakukan survei ulang pada responden dari delapan provinsi kepulauan di Indonesia, baik dari sudut pandang pemerintah maupun wirausahawan itu sendiri. Hasilnya, ditemukan 18 “daftar yang harus dilakukan” oleh wirausahawan di kepulauan yang diharapkan dapat menjadi insentif bagi industri kecil dan pemerintah dalam upaya pengembangan usaha di daerah kepulauan. Dari 12 hambatan utama di kepulauan, berdasarkan dari sudut pandang kedua belah pihak, terdapat delapan hambatan yang memiliki kesamaan sudut pandang dari kedua belah pihak, meskipun skala kepentingannya berbeda, yang kemudian kami namakan sebagai “kesepakatan umum”. Kemudian, terdapat juga delapan hambatan yang menjadi titik perbedaan dari kedua belah pihak, dimana satu pihak menganggap bahwa hal itu penting dan pihak lain menganggap sebaliknya. Kemudian hambatan-hambatan tersebut kami kelompokkan menjadi tantangan dan rintangan dalam bertahan dan berkembang bagi wirausahawan di kepulauan. Kemudian hasil dari kedua penelitian diatas menjadi dasar dalam membuat model logika terkait hambatan industri kecil di kepulauan beserta solusinya. Terkait manajemen pengetahuan bagi industri kecil di kepulauan, penelitian ini juga berkontribusi pada dua hal, yaitu: bagaimana membangun pendekatan manajemen pengetahuan yang terjangkau bagi industri kecil di kepulauan (penekanan pada pengembangan budaya kerja), dan kapan waktu yang tepat bagi wirausahawan di kepulauan untuk berkreasi dan berinovasi sebagai bentuk langkah proaktif dalam berusaha. Akhirnya, hasil dari analisis faktor menyederhanakan temuan penelitian menjadi enam faktor baru yang diyakini dapat membangkitkan keunggulan bersaing bagi wirausahawan di kepulauan. Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah model industri kecil yang sukses di kepulauan guna memberi wawasan bagi berbagai pemangku kepentingan terkait, agar dapat menjadi jalan bagi pengembangan dan penyebaran industri kecil di seluruh Indonesia guna mengurangi kesenjangan pembangunan. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran peneliti dan pihak terkait terhadap konteks kepulauan. Akhirnya, penelitian ini juga berimplikasi pada penelitian lebih lanjut terkait faktor apa dari enam faktor baru tersebut yang paling berpengaruh terhadap kesuksesan wirausahawan di kepulauan, dilengkapi dengan penelitian terkait sosiologi masyarakat di pulau kecil akan menjadi sebuah penelitian yang menjanjikan dan berguna.