Kosmetik yang banyak digunakan oleh masyarakat harus bebas dari bahan berbahaya.
Hidrokuinon dan merkuri adalah bahan yang sudah dilarang oleh BPOM. Pengetahuan masyarakat
akan keamanan kosmetik masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan tingkat
pengetahuan mengenai keamanan kosmetik pada 300 responden yang terdiri dari masing-masing
100 responden mahasiswa sekolah farmasi (SF), masyarakat, dan konsumen klinik kecantikan
menggunakan metode kuesioner dan uji chi square, serta pengujian kualitatif kosmetik akan
kandungan hidrokuinon dan merkuri. Parameter tingkat pengetahuan yang dibandingkan adalah
pengetahuan nama dan fungsi merkuri, pengetahuan nama dan fungsi hidrokuinon, dan
pengetahuan cara membedakan kosmetik berbahaya. Mahasiswa SF memiliki tingkat tertinggi
pada parameter pengetahuan nama merkuri (95%) dan fungsinya (57%). Kelompok masyarakat
dan konsumen klinik memiliki tingkat yang sama untuk pengetahuan nama merkuri (70% dan
60%) dan fungsinya (28% dan 31%). Tingkat pengetahuan mahasiswa SF dan klinik berada di posisi
tertinggi dengan 37% dan 25% mengetahui nama hidrokuinon, 22% dan 15% mengetahui
fungsinya, serta 39% dan 31% tahu cara membedakan kosmetik. Masyarakat memiliki tingkat
pengetahuan terendah dengan 3% yang mengetahui nama hidrokuinon dan 2% yang mengetahui
fungsinya, serta 18% mengetahui cara membedakan kosmetik yang aman. Analisis kualitatif
hidrokuinon dilakukan menggunakan kromatografi lapis tipis dengan fasa gerak n-heksana dan
aseton. Sedangkan, pengujian merkuri menggunakan reaksi warna dengan difenilkarbazon.
Sampel kosmetik yang diuji terdiri dari 10 sampel kosmetik yang paling sering digunakan
berdasarkan kuesioner dan 4 sampel acak kosmetik yang dibeli di pasaran. Tidak ditemukan
sampel kosmetik yang dipilih berdasarkan hasil kuesioner dan acak yang mengandung
hidrokuinon. Namun, 10% sampel kosmetik hasil kuesioner mengandung merkuri dan pada 50%
sampel acak mengandung merkuri.